Zona Sulistyowati

Sesungguhnya jiwa saya merasa senang dengan ilmu, dengannya jiwa saya semakin kuat (Ibnu Taimiyah)

ORANG YANG TERBAIK ADALAH YANG BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Adullah Al-Kadlrami ia berkata Ali bin Bahram berkata Abdul Malik bin Abi Kariimah berkata dari Ibnu Juraij, dari Atha' dari Jaabir, Rasulullah SAW

bersabda "...Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia..." [HR. Thabrani dalam Al-Ausath]

Derajat Hadits
Hadits di atas berpredikat hasan. Selain diriwayatkan oleh Thabrani seperti di atas, matan hadits
senada juga diriwayatkan Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni dalam Al-Afrath, Al-Askari dalam Al-Amtsal, Ibnu Abi Dunya dalam Qadhaail Jawaa'iz.

Syarah/Penjelasan Hadits
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dalam kondisi yang sama derajatnya; apakah ia seorang Arab atau seorang 'Ajam. Baik ia berkulit putih, coklat, maupun hitam. Demikian juga suku bangsa tidak membuat seseorang bernilai berbeda di sisi Allah SWT. Lalu bagaimana seseorang bisa menjadi lebih baik dari orang lain? Islam adalah agama yang tidak sekedar mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya (hablumminallah) tetapi juga mengatur hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas). Dua hal itu juga menjadi dasar dalam penentuan kualitas manusia di sisi Allah SWT. Maka, hadits di atas menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.

Pernah juga Rasulullah SAW ditanya tentang manusia terbaik, maka beliau menjawab dengan jawaban yang sama. Dari Ibnu Abbas RA ia berkata: Rasulullah SAW ditanya: "Siapakah orang terbaik?" Beliau menjawab :

"Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Ittihaaf Al-Khairat Al-Mihrah bi Zawaa'id Al-Masaanid Al-'Usyrah juz 5 hlm.191]

Bahkan jika kita mentadabburi Al-Qur'an, kita akan mendapatkan sebuah ayat yang menjadi permisalan bagi eksistensi sesuatu yang ditentukan oleh kemanfaatannya bagi manusia. Allah SWT berfirman :

"..Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi..." [QS. Ar-Ra'd : 17]

Tentu saja manfaat dalam hadits ini sangat luas. Manfaat yang dimaksud bukan sekedar manfaat materi, yang biasanya diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau kekayaan dengan jumlah tertentu kepada orang lain. Manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain bisa berupa :

1. Ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum/dunia;
Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan ilmu yang dimilikinya. Baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Bahkan, seseorang yang memiliki ilmu agama kemudian diajarkannya kepada orang lain dan membawa kemanfaatan bagi orang tersebut dengan datangnya hidayah kepada-Nya, maka ini adalah keberuntungan yang sangat besar; lebih besar dari unta merah yang menjadi simbol kekayaan orang Arab.

"Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang melalui dirimu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah" [HR. Bukhari]

Ilmu umum yang diajarkan kepada orang lain juga merupakan bentuk kemanfaatan tersendiri. Terlebih jika dengan ilmu itu orang lain mendapatkan life skill (keterampilan hidup), lalu dengan life skill itu ia mendapatkan nafkah untuk sarana ibadah dan menafkahi keluarganya, lalu nafkah itu juga anaknya bisa sekolah, dari sekolahnya si anak bisa bekerja, menghidupi keluarganya, dan seterusnya, maka ilmu itu menjadi pahala jariyah baginya.

"Jika seseorang meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqah jariyah, ilmu
yang manfaat, dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya" [HR. Muslim]

Ilmu yang bermanfaat dalam hadits di atas bukan sekedar ilmu agama, tetapi juga bisa ilmu umum seperti contoh di atas.

2. Materi (Harta/Kekayaan)
Manusia juga bisa memberikan manfaat kepada sesamanya dengan harta/kekayaan yang ia punya. Bentuknya bisa bermacam-macam. Secara umum mengeluarkan harta di jalan Allah itu disebut infaq. Infaq yang wajib adalah zakat. Dan yang sunnah biasa disebut shodaqah. Memberikan kemanfaatan harta juga bisa dengan pemberian hadiah kepada orang lain. Tentu, yang nilai kemanfaatannya lebih besar adalah yang pemberian kepada orang yang paling membutuhkan. "Setiap mukmin wajib bershodaqah" [HR. Bukhari]

3. Tenaga/Keahlian
Bentuk kemanfaatan berikutnya adalah tenaga. Manusia bisa memberikan kemanfaatan kepada orang lain dengan tenaga yang ia miliki. Misalnya jika ada perbaikan jalan kampung, kita bias memberikan kemanfaatan dengan ikut bergotong royong. Ketika ada pembangunan masjid kita bias membantu dengan tenaga kita juga. Saat ada tetangga yang kesulitan dengan masalah kelistrikan sementara kita memiliki keahlian dalam hal itu, kita juga bisa membantunya dan memberikan kemanfaatan dengan keahlian kita.

4. Waktu/perhatian
Adakalanya kemanfaatan yang diperlukan seseorang bukan lagi masalah harta atau keahlian tertentu, tetapi ia butuh teman atau orang yang mau memperhatikannya. Ini bisa terjadi pada orang tua (kakek/nenek) yang tidak memiliki famili. Meskipun ia kaya raya dan secara materi tercukupi tetapi ia membutuhkan perhatian orang lain. Bisa juga seorang sahabat yang sedang ditimpa musibah, sering kali ia membutuhkan perhatian dan waktu kita lebih dari materi apapun.

5. Sikap yang baik
Sikap yang baik kepada sesama juga termasuk kemanfaatan. Baik kemanfaatan itu terasa langsung ataupun tidak langsung. Maka Rasulullah SAW memasukkan senyum kepada orang lain sebagai shadaqah karena mengandung unsur kemanfaatan. Dengan senyum dan sikap baik kita, kita telah mendukung terciptanya lingkungan yang baik dan kondusif. Kita juga telah memperkuat jiwa orang lain; baik disadari atau tidak. Maka hadits pada poin 2 di atas ada kelanjutannya sebagai berikut :

Semakin banyak seseorang memberikan kelima hal di atas kepada orang lain -tentunya orang yang tepat- maka semakin tinggi tingkat kemanfaatannya bagi orang lain. Semakin tinggi kemanfaatan seseorang kepada orang lain, maka ia semakin tinggi posisinya sebagai manusia menuju "manusia terbaik".

Selain disebutkan Rasulullah sebagai manusia terbaik, orang yang bermanfaat bagi orang lain juga disebutkan dalam hadits sebagai orang yang dicintai oleh Allah. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman Asy-Syafii, berkata kepada kami Al-Qasim bin Hasyim As-Samsar, ia berkata : telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Qais Adl-Dlibbi, ia berkata: telah menceritakan kepada kami Sukain bin Siraj, berkata kepada kami Amr bin Dinar, dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, maka ia bertanya: "Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah? Dan apakah amal yang paling dicintai Allah azza wa jalla?" Rasulullah SAW bersabda : "Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain..." [HR. Thabrani dalam Mu'jam Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84]

Pada hadits di atas ada perawi Sukain bin Siraj. Al-Haitsami menilainya sebagai perawi dhaif, Ibnu Hibban juga menilai Sukain bin Siraj dhaif, bahkan Imam Bukhari menilai sebagai mukarul hadits. Meskipun hadits ini dhaif, tetapi ia ada dalam banyak riwayat. Sehingga bisa dijadikan
penguat/pendukung bagi hadits hasan yang kita bahas di atas. Hadits lain yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

Dari Ibnu Umar ia berkata : Seseorang bertanya : "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?" Rasulullah menjawab: "Yang paling bermanfaat bagi sesama manusia" [Jamii'ul ahaadits juz 36 hlm.422]

"Orang yang paling dicintai Allah Azza wa Jalla adalah yang paling bermanfaat bagi sesama
manusia" [Majmu'ad Az-Zawaaid wa Manii'u Al-Fawaaid juz 8 hlm.121]

Pokok-pokok Kandungan Hadits
1. Orang yang terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain
2. Orang yang bermanfaat bagi orang lain termasuk golongan orang yang dicintai Allah SWT
3. Manusia hendaklah memberikan kemanfaatan kepada sesamanya baik berupa ilmu, materi/harta,
4. tenaga/keahlian, waktu/perhatian, dan sikap yang baik.
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: Januari 2011

BILA AL QURAN BICARA

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan


Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah-surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku

Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia, musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selama melaluinya

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu...
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu
Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil, lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai

Jangan biarkan aku sendiri....
Dalam bisu dan sepi....


"Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk duniamu, Utamakan SHOLAT dan ZAKAT untuk akhiratmu"
Sumber : Milis DT
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: Januari 2011

Kisah Kupu-Kupu


Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Dia duduk dan mengamati selama beberapa jam kupu-kupu dalam kepompong itu ketika dia berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian sang kupu-kupu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi.

Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia ambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh yang gembung dan kecil, serta sayap-sayap yang mengerut. Orang tersebut terus mengamatinya, karena dia berharap bahwa pada suatu saat, sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya. Sayang, semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengerut. Dia tidak pernah bisa terbang. Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil tersebut adalah cara Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya. Sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang, perjuangan adalah yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan, itu mungkin malah melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya kita mampu. Kita mungkin tidak pernah dapat terbang.

Saya memohon kekuatan, dan Tuhan memberi saya kesulitan-kesulitan untuk membuat saya kuat.
Saya memohon kebijakan, dan Tuhan memberi saya persoalan untuk diselesaikan.
Saya memohon kemakmuran, dan Tuhan memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.
Saya memohon keteguhan hati, dan Tuhan memberi saya bahaya untuk diatasi.
Saya memohon cinta, dan Tuhan memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong.
Saya memohon kemurahan/kebaikan hati, dan Tuhan memberi saya kesempatan-kesempatan.
Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, saya mendapatkan segala yang saya butuhkan.


(Sumber : Anonim)

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: Januari 2011

Memperbanyak Kebaikan


Salah satu kewajiban hamba beriman adalah melakukan aneka macam kebaikan dalam bentuk apa pun, di manapun, dan kapan pun. Pendek kata, setiap waktu bagi orang beriman adalah ladang untuk berbuat kebaikan.

Itulah yang Allah SWT firmankan kepada para nabi-Nya, antara lain, kepada Nabi Ibrahim, Ishak, dan Yakub. ''Sesungguhnya Kami telah menjadikan mereka (Ibrahim, Ishak, dan Yakub) sebagai para pemimpin. Mereka memberikan petunjuk kepada umat-umat mereka berdasarkan perintah Kami. Dan, Kami wahyukan kepada mereka untuk berbuat kebaikan, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat. Hanya kepada Kami mereka menyembah.'' (Al-Anbiya': 73).

Rasulullah SAW menyatakan, ''Setiap perbuatan baik adalah sedekah.'' (HR Bukhari).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW menjelaskan lebih detail bentuk-bentuk perbuatan baik orang beriman yang bernilai sedekah. Kata beliau, ''Setiap orang Muslim diharuskan bersedekah.''

Para sahabat bertanya, ''Bagaimanakah jika ia tidak menemukan sesuatu untuk dijadikan sedekah?''

Rasulullah SAW menjawab, ''Jika demikian, maka segala pekerjaan yang ia lakukan dengan tangannya sendiri dan hasilnya bermanfaat baginya, maka itu bernilai sedekah.''

Para sahabat bertanya lagi, ''Lalu, bagaimanakah jika ia tidak mampu bekerja atau ia tidak melakukan sesuatu?''

Rasulullah SAW kembali menjawab, ''Pertolongannya kepada saudaranya yang sedang tertimpa musibah, itulah sedekah.''

Para sahabat masih bertanya lagi, ''Bagaimanakah jika ia tidak melakukannya pula?''

Untuk kesekian kalinya Rasulullah SAW menjawab, ''Anjuran yang ia lakukan kepada orang lain untuk berbuat kebaikan, itulah sedekah.''

Untuk terakhir kalinya, para sahabat bertanya, ''Jika itu pun tidak ia lakukan?''

Dengan sabar, Rasulullah SAW menjelaskan, ''Ia mengambil sesuatu yang mengganggu perjalanan orang dari jalanan, maka itulah sedekah.'' (HR Bukhari).

Di hadis yang lain disebutkan bahwa mengucapkan kata-kata yang baik dan bermanfaat kepada orang lain juga bernilai sedekah. Apalagi sampai melakukannya. Kata Rasulullah SAW, ''Takutlah kalian dengan siksa api neraka, dengan jalan sedekah walau sebesar satu buah kurma. Jika tidak kalian temukan, maka perkataan yang baik adalah sedekah.'' (HR Bukhari).

Kebaikan yang dilakukan dengan tulus ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, pasti akan selalu dibalas kebaikan pula oleh Allah SWT. ''Siapa yang berbuat kebaikan, walaupun sebesar dzarrah, maka pasti akan menuai balasannya yang setimpal.'' (Al-Zalzalah: 7).

Dengan demikian, kebaikan adalah investasi beharga untuk setiap orang beriman di akhirat kelak. Allah SWT memerintahkan segenap kaum beriman untuk berlomba-lomba memperbanyak berbuat kebaikan. ''Berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan, karena di manapun kalian berada Allah pasti akan mengumpulkan kalian semua.'' (Al-Baqarah: 148). Wallahu a'lam.

Sumber : Republika

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: Januari 2011

Jalan Lurus


''(Ya Allah) Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimarahi dan bukan pula jalan orang yang sesat.'' (Al-Fatihah: 6-7).

Ayat di atas dibaca Muslim dalam setiap rakaat shalat, minimal 17 kali sehari-semalam. Selain bagian dari rukun yang menentukan sahnya shalat, berarti manusia dituntut untuk menempuh jalan lurus. Jalan lurus yang dimaksud, menurut ayat tadi, telah ditempuh orang yang beroleh anugerah nikmat dari Allah SWT. Mereka, sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa 69, adalah para nabi, orang-orang benar, para syuhada, dan orang-orang saleh.

Di antara mereka yang disebutkan di atas tentulah Muhammad SAW. Dia seorang nabi dan seorang yang telah menempuh jalan lurus. ''Katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya aku telah ditunjuki Tuhanku ke jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Ibrahim itu termasuk musyrik.'' (Al-An'am 161).

Bersamaan dengan penjelasan bahwa Muhammad SAW telah menempuh jalan lurus pada ayat di atas, diperoleh pula penegasan bahwa jalan lurus itu adalah agama yang benar atau agama yang lurus (dienan-qiyaman atau dienul-qayyim). Dalam ayat lain disebut pula dengan jalan Allah (shiratullah) atau agama Allah (dienullah), yakni agama Islam. Pemahaman seperti itu, sesuai dengan maksud kata shiraat yang dipakai dalam bahasa Arab, dengan pengertian jalan yang bersifat psikis. Sedangkan jalan yang berbentuk fisik dalam bahasa Arab disebut dengan syari' atau thariq.

Jadi, jalan lurus artinya jalan hidup yang lurus, yang sesuai dengan segala ketentuan Allah SWT. Jalan lurus seperti itulah yang dapat disebut dengan jalan hidup yang ideal, jalan hidup yang riil, dan jalan hidup yang benar. Menyimpang dari jalan hidup yang menaati Allah SWT berarti bukan jalan lurus lagi, akan tetapi jalan hidup yang berbelok berliku-liku, yang disebut dengan maghdub (jalan yang dimarahi) dan dhallin (jalan sesat). Untuk itu Allah SWT berfirman, ''Dan hendaklah mengabdi kepada-Ku (Allah), inilah jalan yang lurus.'' (Yasin: 61).

Lebih rinci lagi, pengabdian yang dikehendaki dalam menempati jalan lurus itu dapat dilihat dalam Surat Al-An'am ayat 151-152, meliputi: jangan mempersekutukan Allah dengan apa dan siapa pun, berbuat baik kepada ibu-bapak, jangan membunuh anak lantaran takut miskin, jangan mendekati perbuatan keji, jangan membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, jangan dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik, betulkan timbangan, adil dalam berkata, dan tepatilah janji.

Pada ayat berikutnya firman Allah SWT, ''Dan inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah. Dan jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), karena nanti kamu terpisah dari jalan Tuhan. Itulah yang diperintahkan kepadamu mudah-mudahan kamu bertakwa (terpelihara dari kejahatan).'' (Al-An'am: 153). Jalan lurus itu sebuah kebutuhan primer manusia. Untuk mendapatkannya hanya melalui petunjuk Allah SWT. Tentunya disertai dengan niat dan tekad serta usaha yang maksimal. Wallahu a'lam.

Sumber : Republika



Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: Januari 2011

Saleh dengan Ucapan


Ucapan ibarat dua sisi dari sebilah pisau. Dengan ucapan, seseorang bisa menjadi mulia dan dihargai. Dengan ucapan pula, ia bisa menjadi hina dan dibenci. Pendek kata, ucapan yang dikeluarkan seseorang akan menentukan nilainya di mata orang lain. Sebuah kata hikmah menyatakan, ''Keselamatan manusia terletak pada penjagaan terhadap lisannya.''

Sebagai agama yang bertujuan memuliakan manusia, Islam memerintahkan setiap manusia selalu membiasakan ucapan yang baik. Artinya, setiap ucapan yang dikeluarkan hendaknya selalu mengandung unsur kebaikan dan kemaslahatan. Dalam Alquran, Allah berfirman, ''Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki pula kepada jalan Allah yang terpuji.'' (QS 22: 24).

Dalam Islam, ucapan yang baik bukan sekadar kata-kata dari mulut, tapi juga bentuk sedekah yang bermanfaat untuk keharmonisan hidup bermasyarakat dan kemaslahatan di akhirat kelak. Rasulullah SAW bersabda, ''.... Dan ucapan yang mulia itu adalah sedekah.'' (HR Bukhari Muslim).
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: Januari 2011

Silaturrahim Yuuk

Pesan Sahabat


ShoutMix chat widget

About Me

Moga tiap langkahku membawa berkah. Ibarat Tanaman, dimanapun saya ditanam, bertumbuh dan berkembanglah.

Followers

Visitor

design by sls_nomy04. Diberdayakan oleh Blogger.