Zona Sulistyowati

Sesungguhnya jiwa saya merasa senang dengan ilmu, dengannya jiwa saya semakin kuat (Ibnu Taimiyah)

Hakikat Sukses bagi Muslim Sejati



Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu Iihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan­Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Q.S. AI-Fath [48]: 29)

Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha­sempuma segala-galanya. Betapa segala perbuatan-Nya senantiasa indah
mengesankan. Shalawat dan salam bagi kekasih Allah, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang keberadaannya menjadi contoh teladan
utama tentang bagaimana menjadi pribadi muslim sejati yang senantiasa berada dalam cahaya ridha-Nya.

Sungguh alangkah bahagianya bagi siapa saja yang menyadari betapa indah dan lezatnya manakala mengetahui i1mu tentang bagaimana menjadi seorang hamba Allah yang tertuntun dalam cahaya Islam yang hakiki. Dia tidak akan merelakan sesaat pun, kecuali menjadi jalan untuk mendapatkan curahan kasih sayang dan keridhaan-Nya. Karenanya, dia pun akan sangat mewaspadai segala sikapnya.

Pandangannya disiapkan untuk menjadi mata yang dapat memandang Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak. Untuk itu, dia akan senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk menahan dan memelihara pandangannya dari segala hal yang tidak diridhai-Nya. Dipaling­kannya sedemikian rupa sepasang matanya itu dari segala hal yang diharamkan dan berpotensi mengundang Murka-Nya.

Dijadikannya kegemaran dan kenikmatan membaca “surat” dari Sang Maha Pancipta, AI­-Quranul Karim, sebagai bagian yang sangat dipentingkan dan sangat di-istiqamahn dan rangkaian aktivitas hidup kesehariannya. Digunakannya pula kedua mata itu senantiasa untuk. memandang kesempumaan dan keindahan karya cipta Dzat Maha Sempuma dan Maha Pencipta. Pendek kata, tatapannya senantiasa diupayakan sekuat-kuatnya agar bersih dan terbebas dari segala bentuk kemaksiatan dan kesia-siaan.

Pendengarannya dia jaga dan persiapkan menjadi telinga yang dapat mendengarkan merdunya suara Nabi Daud ‘alaihis salam dan percakapan ahli surga. Ditutupnya rapat-rapat kedua telinganya dari kalimat-kahmat yang hina serta suara-suara yang kotor dan sia-sia, yang dapat mengakibatkan hati menjadi kesat dan membatu. Sebaliknya, dia buka lebar-lebar terhadap kalimat-kalimat dan suara-suara yang dapat membuatnya semakin mengenal dan mengerti Rabb-nya.

Pikirannya dikuasai dengan baik dan benar,
sehingga tidak membiarkannya terjebak memperumit dan mempersulit masalah urussan duniawi, yang notabene pasti sia-sia dan tiada arti. Dia arahkan kekuatan berpikirnya untuk menerjemahkan segala urusan dan kejadian di sekitarnya, sehingga menjadi sarana untuk lebih mengenal dan mengagumi kehebatan Dzat Maha Penguasa dan Maha Penentu segala­galanya. Tidak sempit dan picik, namun luas, lebar, dan sangat dalam,

Walhasil, buah pikiran yang dihasilkannya pun selalu berujung pada keagungan dan kebesaran Allah Azza wa Jalla.
Lisannya am at jauh dari selera rendah.
Perhitungannya senantiasa matang. Dia senantiasa berpikir terlebih dahulu sebelum berucap, sehingga kata-katanya benar-benar bermutu, indah menyejukkan, dan merasuk lembut menyentuh kalbu. Terkadang bergelora, membakar semangat untuk taat, penuh hikmah dan manfaat, membuat siapapun merasa beruntung mendengarkannya. Sungguh jauh dari kalimat-kalimat keji, kotor, hina, dan sia-sia. Bahkan diamnya sekalipun niscaya akan semakin mengingatkan dan merindukan siapa­pun untuk taat kepada Allah. Sementara lidahnya selalu basah menyebut asma-Nya.

Buruk sangka, iri, dengki, ujub, riya, takabur, dan berbagai perilaku hati yang hina lainnya sekuat-kuatnya dia cegah. Tidak pernah rela ada noda penyakit hati bersemayam di kalbunya.
Kalaupun sempat terlintas, maka segera dihapus, dibasmi, dan selekasnya bertaubat.
Tak pernah jemu dia memohon pertolongan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang agar hatinya tetap jernih kilau-kemilau dan bersih cemerlang. Hal ini dilakukannya karena dia yakin benar bahwa tidak akan pernah ada ketenangan dan kemuliaan, kecuali dengan hati yang bersih dan jernih. Tidak akan pernah seseorang merasakan kenikmatan dan kelezatan taat, kecuali dengan hati yang bersih dan jernih. Tidak akan pernah pula seseorang mengenal, mencintai dan merindukan pertemuan dengan Allah kecuali dengan hati yang bersih dan jernih. Untuk itu, hatinya pun senantiasa dia hiasi dengan husnuzhan kepada hamba-hamba Allah setelah memelihara sikap husnuzhan-nya terhadap Allah.

Segal a perbuatannya pun selalu berhiaskan ikhlas, tawadhu, dan bersih … bersih
Adapun wajahnya, subhanallah, senantia~a saja wajah itu tampak cerah ceria; selalu saja dihiasi dengan sunggingan senyum yang .tulus. Gerak-geriknya selalu terjaga dan terpehhara. Penampilannya sederhana, namun menyenang­kan. Selalu cepat hadir kebaikannya di mana pun dia berada. Siapapun merasa aman dan tenteram dengan kehadirannya. Sungguh, senantiasa mengesankan perilaku dan tindak-tanduknya.

Betapa penuh pula perhatian dan bakti kepada ayah bundanya, keluarganya, dan saudara-saudaranya. Dia pun amat gemar menjalin persahabatan, mempererat silaturahmi dan penuh keakraban dengan tetangga~ tetangganya.
Setiap terngiang di telinganya panggilan adzan, tak pernah dia menunda-nunda langkahnya menuju rumah Allah. Dia berwudhu dan wudhunya senantiasa tertib dan sempuma. Indah, khusyuk, dan nikmat senantiasa ibadahnya. Hari-harinya sarat dengan sujud dalam ibadah dan syukur atas karunia nikmat­Nya.
Ah, sekiranya saja Allah Azza wa Jalla berkenan memilih kita menjadi orang yang memilki sikap dan akhlak seperti ini, niscaya tidak akan diragukan lagi jaminan kemuliaan dan kebahagiaan dalam sisa umur kita di dunia ini lebih-Iebih di akhirat kelak. Sungguh, sama sekali tidak sulit bagi Allah memilih kita menjadi orang yang mulia.

Oleh karena itu, berjuanglah sekuat-kuatnya sehingga Allah memandang layak untuk menempatkan kita dalam singgasana kemuliaan. Jadilah hamba Allah yang terbaik dan mengesankan bagi-Nya.

Ya, Rabb. Sesungguhnya hari-hari satu demi satu menghilang. Malam-malamnya pun tak terasa berlalu dan berganti siang. Adapun kami sudah menjadi hamba yang hanya Engkau yang lebih mengetahui hakikat keberadaannya daripada kami,

Ya, Allah. Kalau sampai berakhir hari-hari dan malam-malam yang telah kami rajut dengan benang-benang ibadah ini, sementara pada diri kami masih ada dosa dan kesalahan, maka ampunilah dan ridhailah kami. Sekiranya ternyata Engkau sudah ridha, tambahkanlah keridhaan­Mu itu agar kami menjadi hamba yang senantiasa dapat merasakan keindahan dan kelezatan iman. Amin, ya Rabbal ‘alamiin.

sumber : Muslim Preastatif
KH. Abdullah Gymnastiar

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: November 2011

Silaturrahim Yuuk

Pesan Sahabat


ShoutMix chat widget

About Me

Moga tiap langkahku membawa berkah. Ibarat Tanaman, dimanapun saya ditanam, bertumbuh dan berkembanglah.

Followers

Visitor

design by sls_nomy04. Diberdayakan oleh Blogger.