Zona Sulistyowati

Sesungguhnya jiwa saya merasa senang dengan ilmu, dengannya jiwa saya semakin kuat (Ibnu Taimiyah)

Hakikat Sukses bagi Muslim Sejati



Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu Iihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan­Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Q.S. AI-Fath [48]: 29)

Tiada Tuhan selain Allah, yang Maha­sempuma segala-galanya. Betapa segala perbuatan-Nya senantiasa indah
mengesankan. Shalawat dan salam bagi kekasih Allah, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang keberadaannya menjadi contoh teladan
utama tentang bagaimana menjadi pribadi muslim sejati yang senantiasa berada dalam cahaya ridha-Nya.

Sungguh alangkah bahagianya bagi siapa saja yang menyadari betapa indah dan lezatnya manakala mengetahui i1mu tentang bagaimana menjadi seorang hamba Allah yang tertuntun dalam cahaya Islam yang hakiki. Dia tidak akan merelakan sesaat pun, kecuali menjadi jalan untuk mendapatkan curahan kasih sayang dan keridhaan-Nya. Karenanya, dia pun akan sangat mewaspadai segala sikapnya.

Pandangannya disiapkan untuk menjadi mata yang dapat memandang Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak. Untuk itu, dia akan senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk menahan dan memelihara pandangannya dari segala hal yang tidak diridhai-Nya. Dipaling­kannya sedemikian rupa sepasang matanya itu dari segala hal yang diharamkan dan berpotensi mengundang Murka-Nya.

Dijadikannya kegemaran dan kenikmatan membaca “surat” dari Sang Maha Pancipta, AI­-Quranul Karim, sebagai bagian yang sangat dipentingkan dan sangat di-istiqamahn dan rangkaian aktivitas hidup kesehariannya. Digunakannya pula kedua mata itu senantiasa untuk. memandang kesempumaan dan keindahan karya cipta Dzat Maha Sempuma dan Maha Pencipta. Pendek kata, tatapannya senantiasa diupayakan sekuat-kuatnya agar bersih dan terbebas dari segala bentuk kemaksiatan dan kesia-siaan.

Pendengarannya dia jaga dan persiapkan menjadi telinga yang dapat mendengarkan merdunya suara Nabi Daud ‘alaihis salam dan percakapan ahli surga. Ditutupnya rapat-rapat kedua telinganya dari kalimat-kahmat yang hina serta suara-suara yang kotor dan sia-sia, yang dapat mengakibatkan hati menjadi kesat dan membatu. Sebaliknya, dia buka lebar-lebar terhadap kalimat-kalimat dan suara-suara yang dapat membuatnya semakin mengenal dan mengerti Rabb-nya.

Pikirannya dikuasai dengan baik dan benar,
sehingga tidak membiarkannya terjebak memperumit dan mempersulit masalah urussan duniawi, yang notabene pasti sia-sia dan tiada arti. Dia arahkan kekuatan berpikirnya untuk menerjemahkan segala urusan dan kejadian di sekitarnya, sehingga menjadi sarana untuk lebih mengenal dan mengagumi kehebatan Dzat Maha Penguasa dan Maha Penentu segala­galanya. Tidak sempit dan picik, namun luas, lebar, dan sangat dalam,

Walhasil, buah pikiran yang dihasilkannya pun selalu berujung pada keagungan dan kebesaran Allah Azza wa Jalla.
Lisannya am at jauh dari selera rendah.
Perhitungannya senantiasa matang. Dia senantiasa berpikir terlebih dahulu sebelum berucap, sehingga kata-katanya benar-benar bermutu, indah menyejukkan, dan merasuk lembut menyentuh kalbu. Terkadang bergelora, membakar semangat untuk taat, penuh hikmah dan manfaat, membuat siapapun merasa beruntung mendengarkannya. Sungguh jauh dari kalimat-kalimat keji, kotor, hina, dan sia-sia. Bahkan diamnya sekalipun niscaya akan semakin mengingatkan dan merindukan siapa­pun untuk taat kepada Allah. Sementara lidahnya selalu basah menyebut asma-Nya.

Buruk sangka, iri, dengki, ujub, riya, takabur, dan berbagai perilaku hati yang hina lainnya sekuat-kuatnya dia cegah. Tidak pernah rela ada noda penyakit hati bersemayam di kalbunya.
Kalaupun sempat terlintas, maka segera dihapus, dibasmi, dan selekasnya bertaubat.
Tak pernah jemu dia memohon pertolongan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang agar hatinya tetap jernih kilau-kemilau dan bersih cemerlang. Hal ini dilakukannya karena dia yakin benar bahwa tidak akan pernah ada ketenangan dan kemuliaan, kecuali dengan hati yang bersih dan jernih. Tidak akan pernah seseorang merasakan kenikmatan dan kelezatan taat, kecuali dengan hati yang bersih dan jernih. Tidak akan pernah pula seseorang mengenal, mencintai dan merindukan pertemuan dengan Allah kecuali dengan hati yang bersih dan jernih. Untuk itu, hatinya pun senantiasa dia hiasi dengan husnuzhan kepada hamba-hamba Allah setelah memelihara sikap husnuzhan-nya terhadap Allah.

Segal a perbuatannya pun selalu berhiaskan ikhlas, tawadhu, dan bersih … bersih
Adapun wajahnya, subhanallah, senantia~a saja wajah itu tampak cerah ceria; selalu saja dihiasi dengan sunggingan senyum yang .tulus. Gerak-geriknya selalu terjaga dan terpehhara. Penampilannya sederhana, namun menyenang­kan. Selalu cepat hadir kebaikannya di mana pun dia berada. Siapapun merasa aman dan tenteram dengan kehadirannya. Sungguh, senantiasa mengesankan perilaku dan tindak-tanduknya.

Betapa penuh pula perhatian dan bakti kepada ayah bundanya, keluarganya, dan saudara-saudaranya. Dia pun amat gemar menjalin persahabatan, mempererat silaturahmi dan penuh keakraban dengan tetangga~ tetangganya.
Setiap terngiang di telinganya panggilan adzan, tak pernah dia menunda-nunda langkahnya menuju rumah Allah. Dia berwudhu dan wudhunya senantiasa tertib dan sempuma. Indah, khusyuk, dan nikmat senantiasa ibadahnya. Hari-harinya sarat dengan sujud dalam ibadah dan syukur atas karunia nikmat­Nya.
Ah, sekiranya saja Allah Azza wa Jalla berkenan memilih kita menjadi orang yang memilki sikap dan akhlak seperti ini, niscaya tidak akan diragukan lagi jaminan kemuliaan dan kebahagiaan dalam sisa umur kita di dunia ini lebih-Iebih di akhirat kelak. Sungguh, sama sekali tidak sulit bagi Allah memilih kita menjadi orang yang mulia.

Oleh karena itu, berjuanglah sekuat-kuatnya sehingga Allah memandang layak untuk menempatkan kita dalam singgasana kemuliaan. Jadilah hamba Allah yang terbaik dan mengesankan bagi-Nya.

Ya, Rabb. Sesungguhnya hari-hari satu demi satu menghilang. Malam-malamnya pun tak terasa berlalu dan berganti siang. Adapun kami sudah menjadi hamba yang hanya Engkau yang lebih mengetahui hakikat keberadaannya daripada kami,

Ya, Allah. Kalau sampai berakhir hari-hari dan malam-malam yang telah kami rajut dengan benang-benang ibadah ini, sementara pada diri kami masih ada dosa dan kesalahan, maka ampunilah dan ridhailah kami. Sekiranya ternyata Engkau sudah ridha, tambahkanlah keridhaan­Mu itu agar kami menjadi hamba yang senantiasa dapat merasakan keindahan dan kelezatan iman. Amin, ya Rabbal ‘alamiin.

sumber : Muslim Preastatif
KH. Abdullah Gymnastiar

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Bersabarlah



•“Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak”(Sayyidina Ali bin Abi Thalib)
•”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS Al Baqarah: 45-46).

•“Bagi setiap nikmat ada kunci yang membukanya dan ada kunci yang akan menyelaknya yang mana kunci pembukanya adalah sabar dan kunci penyelaknya adalah malas”.(Saidina Ali bin Abi Thalib)
•“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian , kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” . [Q.S. Al-‘Ashr: 1-3]
•“Dan ingat juga tentang apa yang telah Allah janjikan bagi orang yang sabar,”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl : 96)
•“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(An-Nahl : 96)

Ketika Haatim al-Asham datang berkunjung kepada Imam Ahmad, Imam bertanya,"Beritahukan kepadaku, bagaimana caranya mencari selamat dari manusia ?" Haatim menjawab, "Dengan tiga hal:
1. Anda memberi harta kepada mereka, dan jangan mengambil harta mereka.
2. Berikan hak-hak mereka dan janganlah menuntut hak Anda dari mereka
3. Bersabarlah menghadapi gangguan mereka dan jangan mengganggu mereka
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu



Judul Buku : Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu
Penulis : H.M. Anis Matta, Lc
Penerbit : PT Syaamil Cipta Media, Bandung, Maret 2003
Tebal : 76 hlm
Daftar Isi
1. Kata Pengantar Penerbit
2. Bagian Pertama : Persiapan Menuju Pernikahan
1. Kesiapan Pemikiran
2. Kesiapan Psikologis
3. Persiapan Fisik
4. Persiapan Finansial
5. Tanya Jawab seputar Persiapan menuju pernikahan
3. Bagian Kedua : Mahligai Rumah Tangga Islami
1. Meraih Kebahagiaan
2. Menjalin Keharmonisan
4. Penutup
5. Biodata Penulis


Bagian Pertama: Persiapan Menuju Pernikahan
Minimal ada 4 hal yang harus dimiliki oleh seseorang ketika ia ingin memasuki gerbang pernikahan:
1. Kesiapan Pemikiran
2. Kesiapan Psikologis
3. Persiapan Fisik
4. Persiapan Finansial
1. Kesiapan Pemikiran
1. mempunyai kematangan visi keislaman
2. mempunyai kematangan visi kepribadian
3. mempunyai kematangan visi pekerjaan
1. a. Kematangan Visi Keislaman
Artinya, mempunyai dasar-dasar pemikiran yang jelas tentang identitas ideologinya.
Artinya, mengetahui MENGAPA ia menjadi muslim
“Di dalam hidup ini, kita akan sesekali menghadapi banyak alternatif. Saat itu, kita akan banyak menghadapi masalah yang pemecahannya sangat ditentukan oleh kematangan pengetahuan tentang MENGAPA kita menjadi muslim, sehingga kita mampu dihadapkan pada berbagai pilihan dalam kehidupan riil.”
1.b Kematangan Visi Kepribadian
Artinya, mempunyai konsep diri yang jelas
Artinya, mengetahui apa kelemahan dan kekuatannya, apa ancaman yang bisa meruntuhkan dirinya, tahu peluang berdasarkan potensi yang ada dalam dirinya.
“Pemahaman diri yang benar tentang diri sendiri akan melahirkan penerimaan diri yang baik. Membuat kita menerima diri secara apa adanya. Tidak menganggap diri kita melebihi kapasitasnya atau kurang dari kapasitasnya.”
“Saya sarankan pada Anda yang belum menikah, bahwa ketika kita mencari pasangan, jangan pernah bermimpi mencari pasangan yang ideal, tapi carilah PASANGAN YANG TEPAT.”
“Kita tidak sedang berpikir mencari istri atau suami yang unggul. Carilah istri yang tepat dengan bingkai kita, dengan kepribadian kita.”
“Sebab ternyata,
tidak semua orang cerdas membutuhkan orang yang cerdas lain,
tidak semua orang gagah membutuhkan wanita cantik,
tidak semua orang hebat membutuhkan orang hebat.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh banyak orang, menemukan bahwa kebanyakan orang besar dalam sejarah, ternyata memiliki pasangan yang bersahaja dan sangat sederhana.”
Kalau kita mampu menerima diri kita dengan baik, setelah menikah pada umumnya kita juga mampu menerima pasangan kita dengan baik.
INGAT!!!!
Bukan istri atau suami yang unggul.
Tapi,
Istri atau suami yang TEPAT.
1. c. Kematangan Visi Pekerjaan
Yusuf Qardhawi: “Pertama ada ilmu lalu iman. Ilmu menghasilkan iman. Iman menghasilkan kekhusyukan. Inilah yang menggerakkan hati untuk beramal.”
Ilmu yang terkait dengan perkawinan:
1. hak dan kewajiban suami-istri
2. masalah pendidikan (anak)
3. masalah kesehatan
4. masalah seksual
2. Kesiapan Psikologis
Artinya, kematangn tertentu secara psikis untuk menghadapi berbagai tantangan besar dalam hidup, untuk menghadapi tanggung jawab, untuk menghadapai masa-masa kemandirian.
“Kesiapan psikologis pada keseimbangan emosi di dalam jiwa kita. Ambivalensi dari rasa takut dan rasa berani. Ambivalensi dari rasa cinta dan benci. Ambivalensi antara harapan dan realisme.”
Paling sering kita alami dalam pernikahan adalah fluktuasi emosi yang cepat ketimbang saat kita masih bujang.
Sebagai istri, kata Rasulullah, kalau dilihat suaminya, ia menggembirakan. Seorang istri membutuhkan kemampuan psikologis luar biasa untuk setiap saat mampu melakukan 3 pekerjaan sekaligus: SEKRETARIS, RESEPSIONIS, PRAMUGARI.
3. Kematangan Fisik
Kematangan fisik menjadi persyaratan mutlak dalam sebuah perkawinan
“Fisik yang perlu kita perhatikan bukan berarti harus membuat orang tertarik. Cukuplah bila tidak membuat orang lari ketika melihat kita.”
Olahraga yang dianjurkan dalam Islam: menunggang kuda (kekuatan), berenang (kecepatan), dan memanah (kejelian).
4. Kesiapan Finansial
Artinya, perkawinan juga kerja ekonomi, bukan sekedar kerja cinta.
“Seorang wanita juga perlu mempertanyakan kepada calon suaminya tentang masalah finansial. Tidak berarti bahwa wanita itu materialistis. Tidak demikian. Seorang wanita perlu yakin bahwa suami yang mampu mengatakan I Love You 1000x sehari juga bisa memberikan susu bagi anak-anaknya. Paling bagus, beri susu buat anak-anak, nafkah buat istri, lalu katakan I Love You. Anda bisa memberikan susu, tapi tidak mengatakan I Love You, itu juga salah. Dua-duanya perlu.”
“Kita harus melihat sesuatu dengan rasional. Unsur Romantika sangat penting ada karena akan membuat hidup jadi indah. Romantika yang bagus dibangun di atas Realisme. Realisme tapi juga Romantis. Realistis tapi tidak Romantis, jadi kaku.”

Bagian Kedua : Mahligai Rumah Tangga Islami
1. Meraih Kebahagiaan
Dari ketiga unsur(Allah, Muhammad, sejarah manusia) saya menemukan bahwa unsur-unsur yang membentuk kebahagiaan sekelompok orang atau sesama manusia di dalam hidupnya ada beberapa hal :
1. Pertama, perasaan terarah atau keterarahan
2. Kedua, keharmonisan
3. Ketiga, konsistensi atau kelurusan di dalam hidup
4. Keempat, yaitu fasilitas fisik
2. Menjalin Keharmonisan
Perasaan ibadah melekat di dalam pikiran setiap orang yang ada di dalam rumah itu, sehingga misi kemudian membentuk satu muatan bahwa setiap anggota rumah adalah orang yang berjalan menuju Allah SWT.
Dengan nuansa ibadah, kita akan menemukan pengorbanan. Semua keringat yang keluar adalah sumber utama kenikmatan di dalam hidup, suatu kegembiraan jiwa.
Agar mampu membangun keharmonisan, setiap orang haruslah memiliki kemampuan ntuk memahami orang lain. Anda tidak mungkin mampu memahami orang lain dengan baik, kecuali jika Anda telah lebih mampu memahami Anda sendiri.
Sebenarnya struktur kejiwaan manusia memiliki berbagai kesamaan. Apa yang menggembirakan kita pada umumnya juga menggembirakan orang lain.
Kemampuan MENCINTAI dengan arti bahwa Anda menerima orang lain apa adanya, menerima secara utuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya.
Pada tingkat berikutnya, kita menginginkan kebaikan bagi orang itu. Apapun yang kita lakukan, selalu berorientasi agar orang menjadi lebih baik.
Memberikan waktu kita bagi orang lain. Perhatian dan keinginan yang lebih banyak untuk membahagiakan. Kemampuan MEMPERHATIKAN merupakan kemampuan jiwa yang luar biasa besarnya.
Berbagai teknik berhubungan, muncul dari kemampuan dasar. Kemampuan memperhatikan, memahami, mencintai, mengembangkan diri, dst. Untuk memiliki kemampuan dasar, ketrampilan utamanya adalah KETRAMPILAN KOMUNIKASI. Ketrampilan ini lahir dari pengetahuan kita tentang jiwa manusia.
Perasaan kita tentang orang lain, diungkap setiap saat, baik suka pun tidak suka. Nyatakan cinta Anda dengan tindakan dan kata-kata. Bahkan pujian sekalipun, jelas kita semua sedang beribadah. Kelelahan akan berkurang kalau kita mendengar berita gembira, artinya, sebelum mendapatkan di surga, sebaiknya kita mendapatkan di dunia.
Rasulullah mengajak kita unytuk memenuhi rumah dengan panggilan yang indah dan kalimat-kalimat yang baik.
“Setelah saya renungi, mengapa Islam perlu menyatakan secara verbal, hikmah yang saya temukan adalah ternyata setiap kita membutuhkan penguatan dari waktu ke waktu.”
Yang penting bagi kita mulanya, bukan mencari pasangan yang baik, tetapi berusaha untuk menjadi pasangan yang baik.
PENUTUP
Selain keterarahan, keharmonisan, konsistensi dan berbagai sarana fisik, jangan lupakan misi sebuah rumah tangga Islami.
Keluarga dimulai dari 2 orang yang bertemu menjadi suami-istri, kemudian bertambah anggotanya dengan anak-anak yang lahir. Keluarga ini harus mengupayakan agar setiap anggota memiliki misi yang sama.
Bila misi yang sama telah tertanam di dada, maka setiap orang yang ada di keluarga itu akan merasakan bahwa rumah tangga ini hanyalah satu perahu dari sekian banyak perahu yang berlayar menuju Allah SWT.

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

The CASH FLOW QUADRANT



Judul Buku : The CASH FLOW QUADRANT
Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial
Pengarang : Robert T. Kiyosaki dan Sharon L. Lechter
Alih Bahasa : Rina Buntaran
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Jakarta 2004
Daftar Isi
Pendahuluan Anda Berada di Kuadran Mana? Apakah Kuadran itu sudah tepat untuk anda?
Bagian I CASH FLOW QUADRANT
Bab Satu “Kok Kalian Tidak Cari Kerja?”
Bab Dua Kuadran Berbeda..Orang Berbeda
Bab Tiga Mengapa Orang Lebih Memilih Aman dari pada Bebas
Bab Empat 3 Jenis Sistem Bisnis
Bab Lima Tujuh Tingkat Investor
Bab Enam Anda Tidak Bisa Melihat Uang dengan Mata Anda

Bagian II Membangkitkan Kemampuan Terbaik Anda
Bab Tujuh Menjadi Diri Anda
Bab Delapan Bagaimana Cara Saya Menjadi Kaya?
Bab Sembilan Jadilah Bank…Bukan Bankir
Bagian III Cara Menjadi “B” dan “I” yang sukses
Bab Sepuluh Ambil Langkah Kecil
7 LANGKAH CARA MENEMUKAN JALUR CEPAT FINANCIAL ANDA
Bab Sebelas Langkah 1 : Sudah Waktunya Mengurus Bisnis Anda Sendiri
Bab Dua Belas Langkah 2 : Mengendalikan Cash Flow Anda
Bab Tiga Belas Langkah 3 : Mengetahui Perbedaan Antara Risiko dan Berisiko
Bab Empat Belas Langkah 4 : Tentukan Anda Mau Menjadi Investor Tipe Apa
Bab Lima Belas Langkah 5 : Cari Pembimbing
Bab Enam Belas Langkah 6 : Jadikan Kekecewaan Kekuatan Anda
Bab Tujuh Belas Langkah 7 Kekuatan Keyakinan
Bab Delapan Belas Rangkuman

Cashflow Quadrant
Judul tulisan saya kali ini sama dengan judul buku yang ditulis oleh Robert T. Kiyosaki, seorang keturunan Asia dan Amerika, pakar Financial dan guru dari berbagai tokoh sukses. Buku ini merupakan dasar dari usaha kita yang menginginkan kebebasan finansial dengan beralih dari kuadran kiri menuju kuadran kanan. Buku ini membahas mengenai kebebasan finansial.
Dalam buku tersebut kita harus mengetahui letak kuadran keadaan finansial kita.
Cash Flow Quadrant dipetakan menjadi E, S, B, dan I.








E untuk employee (pegawai),
S untuk self-employed (pekerja lepas),
B untuk business owner (pemilik usaha),
I untuk investor (penanam modal).

“E” dan “S” yang mengandalkan gaji diletakkan di kuadran sisi kiri, sedangkan “B” dan “I” yang menerima pemasukan dan bisnis atau investasi diletakkan di sisi kanan.



Setiap orang setidaknya menempati satu dari keempat Cashflow Quadrant dan kebanyakan dari kita menempati posisi sebelah kiri sebagai employee atau self-employee. The Cashflow Quadrant adalah tentang keempat jenis orang berbeda dalam dunia bisnis, tentang siapa diri mereka dan apa yang membuat individu di masing-masing kuadran unik.

Dalam buku ini, pembaca akan dibantu menentukan di mana posisi kita sekarang dalam kuadran, dan pembaca akan dibantu memetakan arah untuk mencapai posisi yang diinginkan di masa depan ketika memilih jalan sendiri untuk menuju kebebasan finansial. Walaupun kebebasan finansial bisa ditemukan dalam keempat kuadran ini, namun keterampilan “B” atau “I” akan membantu mencapai target finansial dengan lebih cepat.

Dan seorang “B” yang berhasil seharusnya menjadi seorang “I” yang berhasil juga. Buku ini ditulis bagi mereka yang siap untuk pindah dari keamanan pekerjaan dan mulai mencari
kebebasan finansial mereka; membuat perubahan finansial dan profesional yang besar dalam hidup mereka dan pindah dari Era Industri ke Era Informasi.
Setiap orang dapat sukses di kuadrannya masing-masing.

Perbedaan seorang E, S dan seorang B, I adalah :

Bahwa seorang E, S tidak dapat meninggalkan bisnisnya dalam waktu yang lama, sedangkan seorang B, I dapat meninggalkan bisnisnya dalam waktu yang relatif lama karena aset-lah yang bekerja untuknya.

CONTOH SEORANG ”E”
Mari kita ambil contoh yang pada umumnya terjadi di masyarakat, yaitu seorang karyawan perusahaan. Apabila seorang karyawan perusahaan tidak dapat bekerja karena alasan sakit atau usia lanjut, maka seorang karyawan tadi tidak akan mendapatkan uang / gaji mereka yang berasal dari perusahaan.

CONTOH SEORANG ”S”
Mari kita ambil contoh seorang dokter.
Apabila seorang dokter tidak praktek karena alasan kesehatan, usia lanjut, atau karena adanya bencana yang mengakibatkan seorang dokter tidak bisa membuka prekteknya, maka dokter tersebut tidak akan mendapatkan penghasilan.

CONTOH SEORANG ”B”
Mari kita ambil contoh seorang pemilik waralaba ayam goreng Kentucky ( KFC ).
Apabila pemilik waralaba tersebut ingin berlibur ke luar negeri selema satu bulan hingga beberapa tahun, maka bisnisnya akan tetap berjalan dan menghasilkan uang karena telah memilik sistem yang telah terbukti dapat berjalan dengan sistem yang ada dan karyawannya.

CONTOH SEORANG ”I”
Mari kita ambil contoh seorang investor atau pemegang saham.
Sama seperti seorang ”B”, yaitu ketika seorang investor ingin meninggalkan bisnisnya dalam
waktu yang lama, maka bisnisnya tetap dapat berjalan karena aset-lah yang bekerja untukkya.


KUADRAN MANA YANG ANDA INGINKAN ?

KUADRAN KIRI :
SEMAKIN KAYA, SEMAKIN SIBUK
DAN FINANSIAL ???

KUADRAN KANAN :
SEMAKIN KAYA, SEMAKIN BEBAS WAKTU
DAN BEBAS FINANSIAL

Tapi menurut pendapat saya kita bisa memilih berada di dua kuadran atau lebih sekaligus. Sebagai contoh, Tung Desem Waringin, salah satu pembicara terbaik Indonesia dan guru saya juga. Pak Tung adalah seorang Self Employee (pembicara seminar), Business Owner (pemilik banyak bisnis) dan juga Investor (investor saham). Jadi semua tergantung pilihan anda.

Mau berada di kuadran manakah anda?
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

RICH DAD, POOR DAD



RICH DAD, POOR DAD : Apa yang Diajarkan Orang Kaya pada Anak-anak Mereka tentang Uang yang Tidak Diajarkan oleh Orang Miskin dan Kelas Menengah!
ROBERT T. KIYOSAKI Bersama SHARON L. LECHTER C.P.A)
Alih Bahasa : J. Dwi Helly Purnomo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Jakarta 2007

Daftar Isi
Ada Suatu Kebutuhan Xi
PELAJARAN
Bab Satu Ayah yang Kaya, Ayah yang Miskin
Bab Dua Pelajaran Satu---
Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang…………………………………………………… 13
Bab Tiga Pelajaran Dua—
Mengapa Mengajarkan Melek Finansial? ……………………………………………………57
Bab Empat Pejaran Tiga---
Uruslah bisnis nda Sendiri……………………………………………………………………………… 93
Bab Lima Pelajaran Lima—
Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi ……………………………………………… 105
Bab enam Pelajaran Lima—
Orang Kaya Menciptakan Uang …………………………………………………………………… 121
Bab Tujuh Pelajaran Enam--
Bekerja untuk belajar—jangan bekerja untuk uang ………………………149
PERMULAAN
Bab Delapan Mengatasi Berbagai hambatan …………………………………………………………………………………………………… 167
Bab Sembilan Memulai …………………………………………………………………………………………………………………………………………………… 191
Bab Sepuluh Masih Ingin Lagi? …………………………………………………………………………………………………………………………… 221
Epilog Bagaimana Membayar Biaya Kuliah Anak Kita yang Kian Mahal ………………………………………229
Tentang Penulis ………………………………………………………………………………………………………………………………… 235

Sebagai pengantar:
Buku ini menceritakan 2 “ayah” Robert T. Kiyosaki, yakni ayah kandungnya -sebagai kepada dinas pendidikan di Hawaii, yang berpendidikan tinggi, tapi tidak mengajarkan -yang disebut Robert- intelegensi finansial, dan meninggal dunia tanpa meninggalkan sepeser uang. Ayahnya ini dipanggilnya “poor dad” karena dianggapnya tidak melek finansial. Sedangkan ayah ke-2, sebenarnya adalah ayah temannya (nama temannya adalah Mike) yang ketika mereka berdua masih berumur 9 tahun, “ayah” tsb ( disebutnya “rich dad”) mulai berbisnis banyak (toko, konstruksi, restoran) dalam skala kecil, dan meninggal dalam keadaan mewariskan imperium bisnis kepada anaknya, si Mike.
BAB SATU : Ayah yang Kaya, Ayah yang Miskin
Robert T. Kiyosaki banyak bercerita ia sendiri yang masih menyimpan pendapat-pendapat konvesional, dan ayah angkatnya (ayah temannya, Mike), yang sudah berfikir lebih maju.

Ayah Kiyosaki berpendapat bahwa kesuksesan seseorang adalah ketika dia bisa bersekolah tinggi dengan prestasi yang hebat, dan mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan gaji yang tinggi. Sedangkan ayah angkatnya berfikir bahwa kesuksesan akan dicapai jika kita lebih banyak memiliki asset daripada pengeluaran. Kiyosaki menyebut pemikiran ayah kandungnya sebagai pemikiran orang miskin, sedangkan pemikiran ayah angkatnya adalah pemikiran orang kaya.
Seperti yang dikisahkan oleh Robert Kiyosaki
Sebuah Pelajaran dari Robert Frost
Robert Frost adalah kesukaan saya. sekalipun saya menyukai banyak puisinya, yang jadi favorit saya adalah the Road Not Taken(Jalan Yang Tidak Kutempuh). Saya menggunakan pelajarannya hamper tiap hari.
Jalan Yang Tidak Kutempuh
Dua Jalan bercabang dalam remang hutan kehidupan,
Dana saying aku tidak bisa menemouh keduanya
Dan sebagai pengembara, aku berdiri lama
Dan memandang ke satu jalan sejauh aku bisa
Kemana kelokannya mengarah di balik semak belukar;

Kemudaian aku memandang yang satunya, sama bagusnya,
Dan mungkin malah lebih bagus,
Karena jalan itu segar dan mengundang
Meskipun taak yang telah melewatinya
Juga telah merundukkan rerumputannya,

Dan pagi itu keduanya sama-sama membentang
Di bawah hamparan dedaunan ronto yang belum terusik.
Oh, kusimpan jalan pertama untuk kali lain!
Meski tahu semua jalan berkaitan,
Aku ragu akan pernah kembali,

Aku akan menuturkan sambil mendesah
Suatu saat berabad-abad mendatang;
Dua jalan bercabang di hutan, dan aku—
Aku menempuh jalan yang jarang dilalui,
Dan itu mengubah segalanya,
Robert Frost (1916)

Beberapa point yang ditekankan dalam buku Rich Dad Poor Dad ini adalah :

1. Orang kaya tidak bekerja untuk uang

Kebanyakan orang berfikir bahwa semakin tinggi sekolah, semakin kita bekerja keras, maka keuangan kita akan semakin aman. Maka dalam pikiran orang kaya, hal ini adalah kekliruan. Orang selamanya akan memburu uang dan tergantung pada orang lain. Justru orang kaya berpendapat bahwa uanglah yang harus mengejar dia, dengan cara membangun asset. Aset tersebut bisa berupa kepercayaan, kertas (paper asset), property, dsb.


2. Mengajarkan melek financial sedini mungkin.

Pelajaran sangat penting bagi seorang anak, yaitu cara mendapatkan uang yang benar dan mudah, sangat jarang diajarkan di sekolah. Padahal melek financial ini ini harus diajarkan sedini mungkin dan berkelanjutan. Tapi bagi kita yang sudah terlanjur awam mengenai ini, sangat dianjurkan untuk mengejar ketertinggalan kita. Pengetahuan umum seperti akuntansi, pembukuan, perpajakan, dsb. seharusnya menjadi kebutuhan wajib bagi yang ingin melek financial.


3. Uruslah bisnis Anda Sendiri

Bekerja pada orang lain selalu beresiko. Misalnya tidak ada promosi, ada konflik atau bahkan dipecat. Sangat tidak enak menjadi pion dalam sebuah arena percaturan bisnis. Jadi mulailah membangun bisnis sendiri dengan memperbanyak asset yang kita miliki. Aset adalah sesuatu yang akan menjadi sumber pendapatan, dan bukan sumber pengeluaran. Rumah sewaanadalah asset, saham juga asset, dsb.


4. Sejarah pajak dan kekuatan korporasi

Penting untuk mengetahui seluk beluk perpajakan. Karena akan sangat tergantung pada kelancaran bisnis kita. Selain itu kekuatan korporasi akan sangat mendukung


5. Orang kaya menciptakan uang

Disini diceritakan bagaimana Kiyosaki dan Mike berusaha mencetak uang sendiri. Ayah kayanya memberitahu bahwa begitulah orang kaya, mencetak uang sendiri, tapi harus dengan cara yang legal. Artinya orang kaya selalu melihat peluang apapun yang bisa dijadikan uang. Apa yang tidak bisa dilihat orang lain, dia bisa lihat dan prediksi.


6. Bekerja untuk belajar, jangan bekerja untuk uang

Sudah jelas bahwa jika kita terpaksa harus bekerja pada orang lain, jadikanlah tempat itu sebagai tempat belajar. Bagaimana sebuah manajemen dijalankan, keuangan, pengelolaan SDM, dsb. Bukan sekedar teori, sebab pada bab-bab terakhir penulis pun memberikan langkah-langkah yang dilakukannya untuk memulai meraih kesuksesan finansial. Masih banyak yang bisa kita ambil dari buku ini. Cara penulisan yang ringan, sangat enak dibaca.

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Bersyukurlah



"Syukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan ke dalam hidup Anda" (Marci Shimoff)
"Apapun yang kita pikirkan dan syukuri, kita akan mendapatkannya lagi"(Dr John Demartini)
Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih(QS Ibrahim [14]: 7).

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?(Ar-Rahman : 13)

Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh"(QS An-Nam1 [27]: 19).
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"(Luqman ayat 12)

Dialah (Allah) yang menundukkan 1autan (untuk kamu) agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar, dan (agar) kamu mengeluarkan dan lautan itu perhiasan yang Kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari karunia-Nya (selain yang telah disebut) semoga kamu bersyukur (QS An-Nahl [16]: 14)

Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur! (QS Saba [34]: 13)

Ia berdoa, "Wahai Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang engkau ridhai" (QS Al-Ahqaf [46]: 15).
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Istiqomah itu...


"Istiqomah adalah kondisi terbaik yang tidak bisa dibayar dengan apapun"

"Seseorang yang istiqomah memiliki pendirian yang stabil dalam menuju Ridha Allah. Dia tidak tergoyahkan oleh usia, lingkungan atau ujian dan cercaan. Dia bagaikan karang yang melawan tempaan ombak". (oasetarbiyah)
“Sesungguhnya orang-orang yg menyatakan ” Tuhan kami adalah Allah ” kemudian mereka istiqomah maka para malaikat akan turun kepada mereka ” Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dgn syurga yg telah dijanjikan Allah kepadamu”
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Muslimah yang Didamba, Seperti Apa Sih?



Yang lelaki tampan, punya pekerjaan mapan dengan gaji tiap bulan lebih dari cukup, bahkan berlimpah untuk ukuran materi, berpendidikan tinggi. Berasal dari keluarga baik-baik. Pun demikian, yang perempuan cantik, cerdas, berpendidikan tinggi. Menikah dan mempunyai putra-putri yang cerdas-cerdas pula.
Sudah sunnatullahnya begitu, cikal bakal dari kedua orang tuanya yang tak punya cacat
sosial mendidiknya, maka tak hanya cerdas dan tampan-cantik, tapi juga humanis. Sempurna, demikian orang menyebut keluarga itu.
Sudah baik rupa, baik budi, dan kaya pula. Keluarga harmonis, demikian para pakar parenting menganalisanya, karena azas saling mendengar dan saling memahami menjadi landasan utama, yang kuncinya adalah komunikasi.
Namun, tahukah? Ternyata keluarga yang begitu indah dipandang mata itu adalah ahli neraka. Kenapa? Padahal mereka tak pernah merugikan orang lain, tak pernah melanggar norma-norma kesusilaan masyarakat.

Sebabnya adalah, karena mereka tak pernah punya orientasi yang jelas setelahnya. Karena mereka tak pernah berpikir ada apa nantinya dibalik sekat pembatas kehidupan bernama kematian. Tujuan hidup cukup hanya sampai dunia yang nyata-nyata akan ada masa akhirnya.

Bahagia di dunia, memang. Tapi balasan derita di akhirat sudah menanti pasti. Semuanya bermula dari keimanan yang terabaikan. Keimanan tentang adanya Allah
Swt., Tuhan semesta alam yang wajib diibadahi, berlanjut pada keimanan kepada para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul, hari kiamat, qadha dan qadar.


Sungguh, di hari ini kita dapati, begitu banyak keluarga yang kelihatannya baik-baik saja, harmonis dan bahagia, namun dibalik itu, siksa neraka menanti. Oleh dasar itulah, menjadi ingatan yang tak bisa dinafikan, tentang peringatan Allah Swt ;

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan," ( At Tahrim: 6 )

Kalau sudah begini, masihkah kita memandang mereka menjalani hidup dengan baik-baik saja? Asal semua kebutuhan hidup tercukupi, anak-anak tak bermasalah, malah berprestasi. Maka semuanya menjadi indah. Ya, memang indah, namun keindahan yang semu dan itu artinya, kita tertipu !
Kembali ke aturan Islam, itulah jalan selamat.
Jika kita coba menelisik lebih dalam tentang peringatan Allah Swt. dalam kitab-Nya tersebut, maka akan kita dapati korelasi yang kuat bahwa aspek, efek, sikap, cara pandang, kepribadian dan apapun nantinya pada seseorang terlihat, bahan dasarnya adalah dari keluarga.
Karena jelas, semua laku yang tercipta, sekecil apapun itu, dengan detail telah tercatat di lembaran kitab para malaikat, yang kemudian Allah Swt. mengabarkan akan kita terima tanpa kurang satu hurufpun kelak di hari pembalasan.
Slide pun di buka tentang kehidupan kita, dievaluasi, mana yang sia-sia, maksiat dan jatuhnya ke neraka, mana yang baik, bermanfaat, namun tunggu, belum tentu jatuhnya ke surga.
Karena disini berlaku aturan yang jelas tentang pemaknaan kebaikan, yang menjadi nilai berarti atau hanya berhenti sampai dunia dan sia-sia belaka di akhirat. Aturan itu, Allah menyebutnya bernama niat, bahwa semua amal akan tergantung niatnya--hadis Arbain ke satu.
Maka jelaslah, kenapa keimanan itu menjadi pintu pembuka kemana kita nantinya setelah berakhirnya kehidupan ini, dengan kunci satu-satunya adalah syahadatain. Yang kemudian semuanya harus diterjemahkan dalam syariat-Nya.
Ini, sedang tidak mendongeng ria kawan, tapi mengajak siapa pun memunguti kembali kepingan-kepingan orientasi hidup yang sesungguhnya.

Jika demikaian adanya, mari kita kembali pada apa yang telah dinarasikan, dideskripsikan bahkan dicontohkan dalam Islam. Tentang bagaimana seharusnya sebuah keluarga menjalani kehidupannya dalam berkeluarga. Yang dalam Islam kemudian kita kenal dengan serangkai kata sakinah, mawaddah wa rahmah.

Muslimah, inilah peranmu !

Ketika kita berbicara tentang keluarga, maka komponen utama yang akan kita dapati adalah ayah, ibu dan anak. Semuanya telah begitu apik ditata dalam Islam tentang hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Meski bukan hadis Nabi Saw, dan hanya perkataan baik dari ulama, namun "wanita adalah tiang negara" sepertinya masih menjadi rujukan valid melihat realitas yang ada di kehidupan rumah tangga.
Hal ini bisa dibuktikan, bahwa wanita, yang memainkan dua peranan dalam waktu yang bersamaan; sebagai Isteri dan Ibu, turut menjadi komponen utama pembentuk karakter keluarga. Bahkan disebut-sebut, Ibu adalah madrasah aula (sekolah pertama) bagi putra-putrinya dalam konteks tarbiyatul aulad (pendidikan anak dalam Islam). Disisi yang lain, sering kita dengar, keluarga adalah peletak batu pertama peradaban. Dan wanita, engkau ada didalamnya.

Bukan berarti mengesampingkan peranan penting lelaki, karena pada kenyataan sang nahkoda juga tak kalah penting, terlebih disaat genting. Karena ia kemudian pemegang final segala keputusan yang harus ditaati oleh semua awak kapal. Hendak bagaimana dan kemana kepalnya melaju.

Hanya saja, ketika kita kembali melihat tugas wanita yang harus mengandung, melahirkan, menyusui dan akhirnya merawat dan menumbuh-kembangkan (baca:mendidik), maka disini terlihat jelas, bahwa harus ada bekal khusus bagi
seorang wanita dalam menjalankan peranannya. Bukan kemudian para bapak lepas tangan, tapi ada poin-poin yang hanya bisa dilakukan oleh wanita secara naluriah. Itulah sebabnya kenapa ada kodrat masing-masing yang tak perlu kita tuntut untuk disamakan, namun biarlah pada fitrahnya masing-masing untuk kita sinergikan begitu mistaqan ghalidza menyatukan.

Itu baru peranan menjadi Ibu, lalu bagaimana menjadi istri?

"Perhiasan terindah dunia adalah wanita salihah" demikan sabda Nabi Saw, nan
mashur menghargai wanita di kehidupan dunia.

Kenapa harus diidentikan dengan perhiasan terindah? Maka dalam hal ini, dua jempol untuk sang Nabi Saw., karena ketepatan beliau membidik ketertarikan para adam. Bahwa sudah menjadi fitrah dasar manusia, cenderung menyukai kepada hal yang indah-indah. Maka, suguhan keindahan hakiki hanya ditunjukan untuk wanita salihah, dan ini hanya berlaku untuk lelaki beriman yang tahu tentang hakikat keindahan, tanpa mudah tergoda kemudiain berhasil ditipu oleh keindahan palsu, semu dan sementara.

Pertanyaan sederhana dari para wanita kemudian, bagaimanakah wanita salihah
itu? Sebuah lirik nasyid dari the fikr, cukup lengkap mendeskripsikannya.

Wanita salihah adalah sebaik-baik keindahan.
Menatapnya menyejukan kalbu.
Mendengarkan suaranya menghanyutkan batin.
Ditinggalkan menambah keyakinan.
Wanita salihah adalah bidadari surga yang hadir di dunia.
Wanita salihah adalah ibu dari anak-anak yang mulia.
Wanita salihah adalah isteri yang menuguhkan jihad suami.
Wanita salihah, penerbar rahmat bagi rumah tangga, cahaya dunia dan akhirat
(prolog)

Perhiasan yang paling indah bagi seorang abdi Allah, itulah ia wanita salihah, ia menghiasi dunia.

Aurat ditutup demi kehormatan, kitab Al-Quran didaulahkan, suami mereka ditaatinya, walau perjuangan dirumah saja akhlaq mulia yang ia hadirkan.

Karena iman dan juga Islam telah menjadi keyakinan. Jiwa raga mampu dikorbankan, harta kemewahan dilaburkan.

Didalam kehidupan ini, ia menampakan kemuliaan. Bagai sekuntum mawar yang tegar di tengah gelombang kehidupan.

(Wanita Shalihah, The Fikr)

Inilah muslimah sesungguhnya, yang mengerti bagaimana seharusnya menjalankan amanah kemuslimahannya, didamba tak hanya para Rijal penegak panji-panji Islam, namun juga peradaban dan kehidupan semesta.

***

Pada masanya nanti, amanah kemuslimahan ini akan dimintai pertanggung jawaban-Nya. Seberapa siapkah sekarang kita?

Oleh : Rifatul Farida
Sumber:www.eramuslim.com
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Ramadhan 1432 Kali ini



Alhamdulillah, kita dapat berjumpa lagi dengan Ramadhan. Tak terasa sudah 11 hari atau masuk di sepertiga bulan di bulan Ramadhan. Bulan Suci Ramadhan, dimana kita di undang menjadi tamu Allah dan dimuliakan olehNya. Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka.
Ayat Al-Qur’an yang biasa dihafal tiap Menunaikan Ramadhan adalah “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(AlBaqoroh : 183)

Ramadhan tahun ini terasa berbeda dari tahun lalu, karena saya lewati Ramadhan kali ini hanya dengan bapak dan ibu tanpa kedua adik-adikku di rumah. Kesepian juga rasanya…terasa sendiri. Pun adik-adikku yang berada jauh di kota sana(Bandung dan Jakarta), pasti juga merindukan untuk kumpul bersama keluarga. Kerinduan untuk berkumpul bersama keluarga tercinta ketika ramadhan itu terasa ada. Momen untuk berkumpul disaat-saat menikmati berbuka puasa bersama, dan sahur bersama di rumah. Ya Itulah itulah salah satu pesona Ramadhan Kali ini…Nikmati Sajalah, Nanti juga akan terbiasa.


Dan dihari yang tersisa di bulan suci Ramadhan ini, moga kita bisa mengambil hikmahnya, memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk tetap produktif dan target-target Ramadhan yang telah kita tetapkan dapat terpenuhi. Amin…^_^
Dikutip dari sebuah milis, inilah penerbangan Ramadhan 1432 Hijriyah:
Selamat datang dalam penerbangan RAMADHAN AIR, Dengan tujuan Bandara
International IDUL FITRI, dengan nomor penerbangan 1432 H.
Tidak lama lagi kita akan menempuh penerbangan yang memakan waktu 29 HARI
dan anda akan memasuki wilayah PUASA.
Mohon Tegakkan kursi IMAN serta sandaran TAQWA, Bila terjadi guncangan
dalam perjalanan segera pasang sabuk DZIKIR, TAHAJUD & SEDEKAH JARIAH.
Pilot anda : AL-ISLAM, bersama
co-pilot 1 : AL-QURANUL KARIM
co-pilot 2 : AL-HADIST,
ditemani pramugari : RAHMAH & MAGFIRAH TO JANNAH
Kami berharap dapat menerbangkan anda kembali menuju Negara JANNATUN NAIM.
TAQABALLAHU MINNA WA MINKUM, MOHON MA’AF LAHIR dan BATIN…
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Renungan Malam : Menelusuri Dosa




Bismillahirahmanirahiim

Assalamu’alaikum wr.wb.

Apa kabar para sahabat? Bagaimana dengan harimu saat ini? Apakah hari ini engkau merasa lebih baik dari kemarin? Semoga detik-detik yang kita lalui mendapat ridho dari Allah SWT dan segala apa yang terjadi membuat kita merasa ingin lebih mendekat kepada Allah Ta’ala, amiin ya Robbal’alamiin.

Artikel ini saya mulai dengan pertanyaan ” Siapa yang kemarin seharian dari bangun tidur sampai malam hari ini tidak melakukan dosa sama sekali?” Hem bagi yang sudah menyadari kesalahannya mungkin mudah tidak akan mengatakan dia tidak melakukan sebuah dosa pun pada hari ini. Tapi bagaimana untuk yang tidak menyadari bahwa perbuatannya seharian itu baik-baik saja tidak ada yang bernilai dosa? Bahwa seharian itu saya tidak melakukan perbuatan yang dilarang Allah, bahwa seharian itu saya tidak berbohong, bahwa seharian itu saya tidak ada masalah dengan siapapun. Benarkah demikian wahai sahabat-sahabatku?


Baiklah lalu pertanyaan saya lanjutkan kembali dengan pertanyaan ” Siapa yang tadi malam melakukan shalat taubat dan memohon ampunan Allah atas dosa dan kesalahan yang dilakukan dalam waktu mulai dari bangun dari peraduan hingga dia kembali ke peraduan? Mungkin jawaban sahabat ada yang mengatakan saya sholat malam, saya berdoa dan berdzikir. Tapi pertanyaannya apakah kita mengingat kembali dan menyadari kesalahan-kesalahan kita seharian itu dan memohon ampun atasnya? Atau kita ternyata berdoa dan berdzikir tidak berasal dari dalam hati kita, hanya melakukannya sebatas ritual yang keluar dari mulut kita saja? Sehingga ucapan istighfar yang terlontar dari diri kita tidak membuat hati kita tidak mampu menyadari kesalahan-kesalahan yang kita perbuat selama seharian? Rasulullah saw saja sebagai seorang Rasul dan Nabi yang di jamin diampuni segala kesalahannnya saja melakukan taubat 70 X ( tujuh puluh kali ) dalam sehari, lalu bagaimana kita yang belum mendapat jaminan? Dan benarkah kita seharian bisa terlepas dari yang namanya dosa dan kesalahan?

Nah sahabat coba sekarang kita ingat-ingat definisi iman. Masih ingat kan bahwa Iman itu adalah diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. Bukan bermaksud membahas iman itu sendiri tapi bisa jadi definisi dosa lebih simple dari yang kita bayangkan selama ini, bahwa dosa itu adalah perbuatan tidak melanggar perintah Allah dan jika kita ingin mengetahui perbuatan itu suatu dosa atau bukan maka kita harus mencarinya di Al Qur’an terlebih dahulu? . Namun sesungguhnya dosa itu adalah terbebasnya perbuatan, lisan dan hati kita dari hal-hal yang tidak diridhoi Allah. Terlepas apakah dosa itu bernilai bear atau kecil, hanya Allah yang berhak menilainya. Dan sahabat tentu sepakat dosa-dosa kecil jika sering dilakukan akan terakumulasi dan pada akhirnya bisa mematikan hati kita.

Dari Nawas bin Sam’an r.a. dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.” (Muslim)


Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ‘Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)

Sahabat ternyata dosa itu sesimple itu ya dan ternyata Allah telah menciptakan kita lengkap dengan perangkat pengukur apakah sebuah perbuatan itu layak dilakukan atau tidak, apakah itu sebuah dosa atau bukan yaitu hati nurani. Semakin sering kita mengabaikan hati nurani maka semakin mudah kita melakukan dosa dan kesalahan dan setan akan memandang indah perbuatan kita itu sebagai perbuatan yang baik-baik saja.

Untuk lebih konkritnya marilah kita simak beberapa kisah di bawah ini

Seorang wanita yang mengenakan rok sangat mini menaiki kendaraan mikrolet. Para sahabat tahu kan kalau di dalam mikrolet itu kita berhadap- hadapan dengan penumpang lain secara langsung, berbeda dengan metromini ataupun bus besar. Mulai dari dia naik hingga di sepanjang perjalanan wanita itu selalu terlihat gelisah menarik-narik roknya agar menutupi pahanya. Ataupun ia berusaha menutupinya dengan tasnya. Nah sahabat bisa menilai begini ”kalau gak mau dilihat pahanya sama orang ya jangan pakai rok mini donk, kalau dia memutuskan untuk memakai rok mini sama saja dia menyediakan pahanya untuk dilihat semua orang.

Kasus kedua, seorang muslimah yang sudah lama tidak bertemu dengan temannya sesama muslimah tiba-tiba disapa dengan ”eh udah hari gini masih jomblo aja?” degh kontan muslimah tersebut akan merasakan tidak enak hatinya dalam arti mungkin terluka oleh perkataan temannya tersebut. Ingin rasanya membalas sakit hatinya dengan mengatakan ” ah tidak apa-apa, daripada sudah lama menikah tapi belum juga dikarunia anak.” Tapi itu urung dilakukannya. Hati nuraninya mengatakan kalau dia mengatakan hal tersebut mungkin rasa sakit yang akan muncul pada diri saudarinya itu lebih besar dari rasa sakit yang dialaminya. Dan dia memutuskan untuk bersabar dan memaafkan perkataan saudarinya tersebut.

Kasus ketiga, seorang muslimah yang sedang bercengkrama dengan teman sejawatnya. Teman tersebut sedang membicarakan tas yang dimilikinya yang memang saat itu sedang dibawanya. Lalu temannya itu meminta pendapat muslimah itu tentang tasnya tersebut. Muslimah tersebut memberikan penilaian bahwa warna tas itu hijau ”buluk”. Muslimah tersebut mengatakan hijau buluk itu mungkin tidak bermaksud mengatakan jelek tapi ingin mengatakan warnanya hijau pupus dan mungkin saat itu ia tidak menemukankan kata yang tepat untuk warna hijau tersebut. Dan apa yang terjadi si teman langsung terdiam. Si muslimah pun menangkap hal tersebut dan tersadar bahwa ia salah menempatkan kata, dan hati nuraninya menyarankan untuk meminta maaf dan mengkrafikasi hal tersebut. Dan muslimah itu pun menjelaskan bahwa dia salah mengatakan hijau pupus dengan hijau buluk. Bahwa dalam definisinya saat itu buluk itu tidak berarti jelek tapi pupus. Tapi bisa saja kan si muslimah itu mengabaikan hati nuraninya dan memberikan banyak alasan bahwa apa yang diperbuatnya itu tidak salah, atau bisa jadi justru dia akan menyalahkan temannya yang mempunyai hati yang terlalu sensitif, kan maksud dia tidak seperti itu. Dan alasan lain yang membenarkan tindakannya serta menghalangi niatnya untuk meminta maaf pada temannya.

Nah sahabat mungkin kita seringkali mengabaikan hati nurani kita dan mencari seribu satu alasan untuk mengatakan bahwa itu tidak salah, bahwa kita benar. Kalau kita menyadari kesalahan itu lalu memohon ampun pada Allah tentu hati kita bisa menjadi lembut kembali. Tapi bagaimana jika kita selalu memandang benar kesalahan-kesalahan kita selama ini? Yang ada tentu saja setiap kali hati nurani mengingatkan maka akan dengan mudahnya di tepis dengan seribu satu alasan. Dan hati kita akan menjadi keras dan jika tidak segera diobati maka hati bisa menjadi mati.

Dalam Al Qur’an di jelaskan ” Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” ( QS. Al A’raaf :201 ). Lalu bagaimana cara mengetahui dosa-dosa hati yang telah kita perbuat?

Pertama adalah ilmu. Ilmu kita perlukan untuk mengetahui apakah sesuatu itu bernilai dosa atau tidak. Segala sesuatu yang diiringi dengan ilmu sudah tentu akan lebih bernilai ketimbang yang tidak dengan ilmu.

Kedua milikilah saudara-saudara yang senantiasa memberikan kita nasehat. Mengapa karena dengan adanya saudara-saudara kita yang memberikan nasehat baik itu nasehat yang dari hati maupun tidak namun pada dasarnya nasehat itu mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan kita. Sehingga dengan nasehat kita sadar pernah melakukan kesalahan itu kita dapat segera bertaubat.

Ketiga perhatikanlah setiap perkataan yang berasal dari seseorang yang tidak menyukaimu ataupun musuh/lawanmu. Sebab biasanya seseorang yang tidak menyukai diri kita akan memberikan penilaian yang jelek yang membuat ia tidak menyukai kita. Apalagi yang namanya musuh ataupun lawan pasti akan selalu mencari celah-celah kesalahan kita. Tapi bukan berarti menganjurkan kita untuk memiliki musuh loh ya

Dan yang terakhir yaitu keempat yaitu berilah nasehat kepada orang lain dengan hati. Loh koq malah mengingatkan orang lain, apa hubungannya dengan menjaga dan mengobati hati kita dari dosa? Artinya jadilah kita seorang yang memberikan nasehat yang selain bermanfaat buat orang lain namun juga mampu menjadi cermin untuk kita sendiri agar sama-sama mengintropeksi diri. Jadi ketika kita memberikan nasehat kepada orang lain jadikanlah bahwa sesungguhnya nasehat itu tidak hanya berlaku untuk orang lain saja tapi jadikan itu juga merupakan nasehat bagi diri kita sendiri.

Ok… sahabat semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan kita berusaha untuk menjadi golongan orang-orang yang senantiasa membersihkan hati kita, dan semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan kita untuk mampu menjaga dan mengobati hati kita dari dosa-dosa kita, aamiin ya Robbal’alamiin.

Segala kebenaran datangnya dari Allah semata sedangkan kekhilafan dan kesalahan dari tulisan ini adalah murni datangnya dari penulis, mohon maaf atas segala yang kurang berkenan, wabillahitaufik walhidayah, wassalamu’alaikum wr wb.

Sumber : http://myquran.com

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Wanita Dahulu dan Sekarang



Allah SWT menciptakan makhuknya berpasang-pasangan. Di antara makhluknya yang paling indah dan sempurna adalah manusia. Allah SWT juga telah menurunkan petunjuknya yang paling sempurna. Sehingga, bila manusia menerima dan mengamalkan petunjuk itu, betapa indahnya manusia itu. Sebaliknya, bila ia menolaknya, betapa rendah dan jeleknya manusia itu, bahkan Al-Qur'an menyebutnya lebih hina dari binatang.
Allah SWT menjadikan keindahan ada dalam wanita meskipun pada hakikatnya antara pria dan wanita sama di hadapan Allah SWT. Hanya saja, Allah menjadikan keindahan itu ada pada wanita karena kelembutan, kasih sayang, dan emosinya yang lebih daripada kaum pria. Betapa indahnya sang wanita jika dihiasi dengan syariat Allah. Ia menjadi anak yang taat kepada Allah dan kedua orang tuanya. Jika ia menikah, ia menjadi penyayang bagi suaminya. Jika ia menjadi ibu, ia menyayangi dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. Dari wanita shalehah seperti inilah lahir pejuang-pejuang yang tangguh dan pemimpin yang bijaksana. Perhatikan keadaan wanita pada masa Rasulullah saw. dengan generasi salafus saleh sesudahnya. Mereka, kaum wanita itu, ada di balik segala keberhasilan dan kecemerlangan peradaban Islam. Apakah wanita dewasa ini bisa mengikuti jejak para pendahulunya? Marilah kita lihat kenyataannya.
Wanita dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Qur'an terdapat 114 surah. Di dalamnya tidak ada satu pun surah tentang pria (ar-rijal), tapi menariknya ada surah tentang wanita (An-Nisaa'), bahkan lebih spesifik ada surah Maryam, meskipun dia bukan nabi. Umar ra. memerintahkan kepada wanita untuk mempelajari surah An-Nuur (cahaya) karena di dalamnya mengandung pelajaran bagi kaum wanita agar lebih bercahaya. Keberadaan kaum wanita sama dengan kaum pria di hadapan Allah.
Allah SWT berfirman (yang artinya), "Maka, Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain ...'." (Ali Imran, 3: 195).
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik ..." (An-Nahl: 97).

Keberadaan wanita sebagaimana pria dalam kehidupan ini mengalami ujian yang bermacam-macam. Namun, mereka harus tetap tegar dan shalehah seperti yang dicontohkan Al-Qur'an dengan Asiyah, istri Fira'un yang sabar dalam menghadapi ujian dari suaminya, atau seperti Maryam yang tabah menghadapi ujian hidup tanpa suami. (Lihat At-Tahrim 11-12). Sebaliknya, jangan seperti istri Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. yang berkhianat terhadap suaminya dan tidak taat kepada Allah. (At-Tahriim: 10).
Wanita pada Masa Rasulullah
Rata-rata kaum wanita pada masa Rasulullah saw. tidak ketinggalan ikut berlomba meraih kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Mereka ikut belajar dan bertanya kepada Rasulullah saw.
Wanita yang paling setia kepada Rasulullah adalah Khadijah yang telah berkorban dengan jiwa dan hartanya. Kemudian Aisyah, yang banyak belajar dari Rasulullah kemudian mengajarkannya kepada kaum wanita dan pria. Bahkan, ada pendapat ulama yang mengatakan, seandainya ilmu seluruh wanita dikumpulkan dibanding ilmu Aisyah, maka ilmu Aisyah akan lebih banyak. Begitulah Rasulullah saw. memuji Aisyah.
Ada seorang wanita bernama Asma binti Sakan. Dia suka hadir dalam pengajian Rasulullah saw. Pada suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah,"Ya Rasulullah saw., engkau diutus Allah kepada kaum pria dan wanita, tapi mengapa banyak ajaran syariat lebih banyak untuk kaum pria? Kami pun ingin seperti mereka. Kaum pria diwajibkan shalat Jum'at, sedangkan kami tidak; mereka mengantar jenazah, sementara kami tidak; mereka diwajibkan berjihad, sedangkan kami tidak. Bahkan, kami mengurusi rumah, harta, dan anak mereka. Kami ingin seperti mereka. Maka, Rasulullah saw. menoleh kepada sahabatnya sambil berkata, "Tidak pernah aku mendapat pertanyaan sebaik pertanyaan wanita ini. Wahai Asma, sampaikan kepada seluruh wanita di belakangmu, jika kalian berbakti kepada suami kalian dan bertanggung jawab dalam keluarga kalian, maka kalian akan mendapatkan pahala yang diperoleh kaum pria tadi." (HR Ibnu Abdil Bar).
Dalam riwayat Imam Ahmad, Asma meriwayatkan bahwa suatu kali dia berada dekat Rasulullah saw. Di sekitar Rasulullah berkumpullah kaum pria dan juga kaum wanita. Maka beliau bersabda,"Bisa jadi ada orang laki-laki bertanya tentang hubungan seseorang dengan istrinya atau seorang wanita menceritakan hubungannya dengan sumianya." Maka tak seorang pun yang berani bicara, maka saya angkat suara. "Benar ya Rasulullah, ada pria atau wanita yang suka menceritakan hal pribadi itu." Rasulullah menimpali, "Jangan kalian lakukan itu, karena itu jebakan syaitan seakan syaitan pria bertemu dengan syaitan wanita, kemudian berselingkuh dan manusia pada melihatnya."
Ada juga wanita yang tabah dalam kehidupan rumah tangga yang serba pas-pasan tapi tidak pernah mengeluh seperti Asma' binti Abi Bakar dan Fatimah. Kutub Tarajim membenarkan cerita tentang Fatimah. "Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat dan bertanya,"Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?"
Dia menjawab,"Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah."
Ali menimpali,"Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?"
Dia menjawab,"Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta."
Luar biasa bukan?
Ada juga wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah saw. meminta untuk didoakan. Atha' bin Abi Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata kepadaku,"Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita surga?"
Aku menjawab,"Ya."
Dia melanjutkan,"Ini wanita hitam yang datang ke Rasulullah saw. mengadu, 'Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah saya.' Rasulullah saw. bersabda, "Jika kamu sabar, itu lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar kamu sembuh."
Wanita itu berkata,"Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku."
Maka, Rasulullah saw. mendoakannya.
Ada juga wanita yang ikut berperang seperti Nasibah binti Kaab yang dikenal dengan Ummu Imarah. Dia becerita,"Pada Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah saw. Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati Rasulullah sambil ikut berperang membentengi beliau dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala Rasulullah saw. terpojok dan Ibnu Qamiah ingin membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush'ab bin Umair. Aku berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia dapat memukul pundakku sampai terluka. Rasulullah saw. bercerita,"Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang Uhud." Begitu tangguhnya Ummu Imarah.
Ada juga Khansa yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia berkata,"Alhamdulillah yang telah menjadikan anak-anakku mati syahid."
Begitulah peranan wanita pada masa Rasulullah saw. Mereka berpikir untuk akhiratnya, sedang wanita sekarang yang lebih banyak memikirkan dunia, rumah tinggal, makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain.
Kaum Wanita pada Masa Berikutnya
Ketika Utsman bin Affan mengerahkan pasukan melawan manuver-manuver Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah al-Fikir. Istri Hubaib termasuk pasukan yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib memeriksa kesiapan pasukan.
Tiba-tiba istrinya bertanya,"Di mana saya menjumpai Anda ketika perang sedang berkecamuk?"
Dia menjawab,"Di kemah komandan Romawi atau di surga."
Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang dengan penuh keberanian sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu, dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya. Allahu Akbar.
Pada masa Dinasti Abbasiyah yang dipimipin oleh Harun al-Rasyid, ada seorang Muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al-Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad di dekat istana Harun al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba-tiba ada kiriman bungkusan disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca oleh ulama tadi dan ternyata berasal dari seorang perempuan dan berbunyi,"Aku mendengar tentara Romawi melecehkan wanita Muslimah dan engkau mendorong umat Islam untuk berjihad, maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku. Yaitu, seuntai rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon agar rambut itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat nantinya dilihat Allah dan mendapatkan rahmatnya." Maka, ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Harun al-Rasyid kemudian memutuskan mengirim pasukan untuk membebaskan wanita Muslimah yang disandera itu.
Seorang istri Shaleh bin Yahya ditinggal suaminya dan hidup bersama dua anaknya. Ia mendidik anak-anaknya dengan ibadah dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika anak-anaknya semakin besar, dia berkata,"Anak-anakku, mulai malam ini tidak boleh satu malam pun yang terlewat di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamullail."
"Apa maksud ibu?" tanya mereka.
Ibu menjawab,"Begini, kita bagi malam menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua, dua pertiga, dan saya sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh, saya akan bangunkan kalian."
Ternyata kebiasan ini berlanjut sampai ibu mereka meninggal. Dan amalan itu tetap dilanjutkan oleh dua anak itu karena mereka sudah merasakan nikmatnya qiyamullalil.
Wanita Dewasa Ini
Kalau kita perhatikan perkembangan wanita dewasa ini, memang cukup mengkhawatirkan, meskipun di lain pihak masih banyak kaum wanita berjilbab yang semarak. Bahkan, pengajian-pengajian justru dipenuhi oleh kaum wanita. Tapi, melihat berbagai upaya musuh Islam untuk menghancurkan kaum hawa dengan berbagai cara melalui media massa yang destruktif (merusak), maka tantangannya semakin berat. Kalau tidak berbekal ilmu agama yang cukup dan disertai semangat juang yang tinggi, niscaya wanita pada zaman sekarang sulit untuk selamat. Bayangkan, kehidupan masyarakat di sekeliling kita sampai pergaulan di tingkat nasional dan internasional sudah sangat bejat. Kebejatan itu diliput dan disampaikan ke rumah-rumah kita melalui saluran-saluran TV. Dan, yang tidak puas ditambah dengan VCD dan internet. Sehingga, waktu untuk beribadah kepada Allah semakin terpinggirkan atau tergeser oleh otak yang merekam semua adegan itu.
Sementara, penangkalnya relatif kecil, dengan cara tradisional melalui pengajian minimal seminggu sekali. Maka, kita perlu kunci-kunci keselamatan.
• Kunci kebahagiaan adalah taat keada Allah dan Rasul-Nya.
• Kunci surga adalah tauhid.
• Kunci keimanan adalah berpikir tentang ayat-ayat Allah dan ciptaan-Nya.
• Kunci kebaikan adalah kejujuran.
• Kunci kehidupan hati adalah membaca dan mendalami Al-Qur'an serta menjauhi dosa.
• Kunci rizki adalah berusaha sambil beristighfar dan bertakwa.
• Kunci ilmu adalah pandai bertanya dan mendengar.
• Kunci kemenangan adalah sabar.
• Kunci kesuksesan adalah takwa.
• Kunci tambah rizki adalah bersyukur.
• Kunci sukses akhirat adalah zuhud terhadap dunia.
• Kunci dikabulkan permintaan adalah doa, dll.
Sumber : http://arrahmah.com
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Bercermin pada Kelembutan Nabi

Ketika Rasulullah SAW duduk bersama para sahabatnya, seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin Sa'nah masuk menerobos shaf, lalu menarik kerah baju Rasul dengan keras seraya berkata kasar, "Bayar utangmu, wahai Muhammad, sesungguhnya turunan Bani Hasyim adalah orang-orang yang selalu mengulur-ulur pembayaran utang."

Umar bin Khattab RA langsung berdiri dan menghunus pedangnya. "Wahai Rasulullah, izinkan aku menebas batang lehernya." Rasulullah SAW berkata, "Bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini membutuhkan perilaku lembut. Perintahkan kepadanya agar menagih utang dengan sopan dan anjurkan kepadaku agar membayar utang dengan baik."

Tiba-tiba pendeta Yahudi berkata, "Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku datang kepadamu bukan untuk menagih utang. Aku datang sengaja untuk menguji akhlakmu. Tapi, aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat. Semua sifat itu telah terbukti dalam dirimu, kecuali satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut saat marah. Dan aku baru membuktikannya sekarang. Oleh sebab itu, aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun piutang yang ada padamu, aku sedekahkan untuk orang Muslim yang miskin."

Itulah kemuliaan akhlak Rasulullah, sang teladan yang telah dipuji Allah sebagai nabi dengan akhlaknya berada di atas semua akhlak yang agung. Kelembutan dan kesabaran dijadikan sebagai manhaj dalam berdakwah. Ucapannya lembut, sikapnya lembut, dan perilakunya dalam semua aktivitas dakwahnya adalah kelembutan, kecuali sikap yang membutuhkan ketegasan.

Kelembutan merupakan akhlak yang mampu mendekatkan manusia kepada Islam. Allah menjelaskan, "Maka, disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS Ali Imran 159).

Kekerasan dan perilaku anarkis akan merugikan Islam dan umatnya. Beliau selalu menyeru umatnya agar bersikap lembut. Beliau bersabda, "Sikap hati-hati (tidak tergesa-gesa), kesederhanaan, dan perilaku lembut adalah bagian dari 24 ciri kenabian." (HR at-Tirmidzi).

Rasul SAW pernah mengingatkan Siti Aisyah saat bersikap kasar. "Sesungguhnya Allah Mahalembut dan menyukai kelembutan dan Allah memberi dampak positif pada kelembutan yang tidak diberikan kepada kekerasan. Dan tiada kelembutan pada sesuatu kecuali akan menghiasinya dan bila dicabut kelembutan dari sesuatu akan menjadikannya buruk." (HR Muslim). Rasulullah juga menegaskan bahwa barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka akan dijauhkan dari kebaikan. (HR Muslim).

Umat Islam wajib bersikap lembut dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan. Banyak musuh-musuh Allah yang selalu memprovokasi agar umat Islam bersikap ekstrem, bertindak anarkis, dan melakukan teror.

Sikap dan perilaku tidak terpuji itu, akan menzalimi dan mendorong non-Muslim antipati terhadap Islam.


Oleh :Prof dr Achmad Satori Ismail
Sumber :http://www.republika.co.id Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Panduan Amal Wanita Shalihah


Judul: Panduan Amal Wanita Shalihah
Penulis: Afifah Afra
Penelaah: DR. KH. Muinudinillah Bashri, Lc., MA
Harga: Rp 54.000
Ukuran: A5/325 halaman

Inginkah Anda sejelita bidadari surga? Bidadari dengan sifat sebagaimana firman-Nya, "Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita parasnya. Seolah-olah mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik." (QS. ash-Shaffat: 48-49).

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan wanita-wanita yang pandai menjaga kehormatannya. Paras mereka sangat jelita, matanya indah menawan, penampilannya luar biasa cantik, pandai menjaga diri, takwa, dan bersih. Allah juga berfirman, "Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan" (QS. ar-Rahman: 58). Sebuah penggambaran yang begitu dahsyat tentang kecantikan seorang wanita bukan? Pendek kata, bidadari surga adalah kesempurnaan pesona seorang wanita. Tak hanya pesona lahiriah, tapi juga batiniah.

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, "Seandainya seorang bidadari dari surga menampakkan diri kepada penghuni bumi, niscaya cahaya tubuhnya dan bau harumnya akan memenuhi ruang antara langit dan bumi, serta kerudung rambutnya lebih indah dan lebih bernilai daripada dunia seisinya" (HR. Bukhari). Namun, percayakan Anda bahwa ternyata ada sosok-sosok yang mampu mengalahkan Sang Bidadari? Ya, mereka adalah wanita salihah, meskipun di dunia memiliki wajah biasa-biasa saja, ternyata mereka akan menandingi kemuliaan para bidadari ketika memasuki pintu surga.

Ummu Salamah ra. bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, beritakanlah kepada kami, mana yang lebih utama di surga, wanita di dunia ataukah bidadari surga?" Rasulullah saw. lalu menerangkan bahwa perempuan dunia di surga sangat lebih utama daripada bidadari surga karena shalat, puasa, dan ibadah yang dilakukan mereka. "Allah SWT memberi cahaya di wajah mereka, mereka mengenakan sutera di tubuhnya, warna kulit mereka putih, pakaian mereka hijau, perhiasan mereka kuning, pedupaan mereka mutiara, dan sisir mereka adalah emas. Mereka mengatakan, 'Kami adalah perempuan-perempuan abadi yang takkan mati. Kami adalah perempuan-perempuan bahagia yang takkan pernah miskin. Kami adalah perempuan-perempuan penduduk tetap yang takkan pindah selamanya. Ketahuilah, kami adalah perempuan-perempuan yang ridha dan takkan marah selamanya. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami menjadi miliknya.'"

Andakah wanita salihah itu? Perempuan-perempuan abadi yang takkan mati? Mari kita bersama-sama bergiat dalam amaliah salihah selama di dunia, sehingga kelak, kita pun akan mengatakan apa-apa yang mereka katakan. Buku di tangan Anda ini, insya Allah akan menjadi setitik cahaya yang akan memandu kita, untuk menapaki tangga surga. Insya Allah!

Isi buku ini begitu lengkap, berikut ini komposisi isinya:
BAB 1: AKIDAH PEREMPUAN SHALIHAH, membahas tentang iman, tauhidullah, syahadatain, al wala' wal bara' dan bid'ah.

BAB 2: IBADAH PEREMPUAN SHALIHAH, berisi tentang aturan thaharah, shalat, puasa, zakat dan haji

BAB 3: KEKHASAN REPRODUKSI PEREMPUAN, berisi tentang organ reproduksi perempuan, haid, istihadhah, kehamilan, melahirkan dan nifas, menyusui serta pengaturan jarak kelahiran.

BAB 4: PENAMPILAN PEREMPUAN SHALIHAH, berisi tentang bagaimana berpakaian, berhias dan menjaga penampilan

BAB 5: RUMAH TANGGA PEREMPUAN SHALIHAH, berisi tentang persiapan berumah tangga, pernikahan, nafkah dan keqawaman serta hak dan kewajiban suami-istri

BAB 6: BAGAIMANA PEREMPUAN SHALIHAH MENDIDIK ANAK, berisi tentang kewajiban ibu, fase perkembangan dan pertumbuhan anak serta kurikulum tarbiyah anak-anak.

BAB 7: PEREMPUAN DALAM MASYARAKAT ISLAM, berisi tentang posisi perempuan dalam masyarakat Islam, karir yang diperbolehkan, serta gender dan feminisme.
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

PENTINGNYA TAZKIYATUN NAFS



Tazkiyah, secara bahasa (harfiah) berarti Tathahhur, maksudnya bersuci. Seperti yang terkandung dalam kata zakat, yang memiliki makna mengeluarkan sedekah berupa harta yang berarti tazkiyah (penyucian). Karena dengan mengeluarkan zakat, seseorang berarti telah menyucikan hartanya dari hak Allah yang wajib ia tunaikan.
Salah satu tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa salam adalah untuk membimbing umat manusia dalam rangka membentuk jiwa yang suci. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari golongan mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata". (Al-Jumu'ah: 2).
Dengan demikian, seseorang yang mengharapkan keridhaan Allah dan kebahagiaan abadi di hari akhir hendaknya benar-benar memberi perhatian khusus pada tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Ia harus berupaya agar jiwanya senantiasa berada dalam kondisi suci. Kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ke dunia ini tak lain adalah untuk menyucikan jiwa manusia. Ini sangat terlihat jelas pada jiwa para sahabat antara sebelum memeluk Islam dan sesudahnya. Sebelum mengenal Al-Islam jiwa mereka dalam keadaan kotor oleh debu-debu syirik, ashabiyah (fanatisme suku), dendam, iri, dengki dan sebagainya. Namun begitu telah disibghah (diwarnai) oleh syariat Islam yang dibawa Rasulullah SAW, mereka menjadi bersih, bertauhid, ikhlas, sabar, ridha, zuhud dan sebagainya.

Keberuntungan dan kesuksesan seseorang, sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia men-tazkiyah dirinya. Barangsiapa tekun membersihkan jiwanya maka sukseslah hidupnya. Sebaliknya yang mengotori jiwanya akan senantiasa merugi, gagal dalam hidup. Hal itu diperkuat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sumpahNya sebanyak sebelas kali berturut-turut, padahal dalam Al-Qur'an tidak dijumpai keterangan yang memuat sumpah Allah sebanyak itu secara berurutan. Marilah kita perhatikan firman Allah sebagai berikut:
"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan demi bulan apabila mengiringinya, dan malam bila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penciptaannya (yang sempurna), maka Allah mengilhamkan pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya".(Asy-Syams: 1-10).

Dalam ayat yang lain juga disebutkan bahwa nantinya harta dan anak-anak tidak bermanfaat di akhirat. Tetapi yang bisa memberi manfaat adalah orang yang menghadap Allah dengan Qalbun Salim , yaitu hati yang bersih dan suci.
Firman Allah:
"yaitu di hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". (Asy-Syu'araa':88-89).
Hakekat Tazkiyatun Nafs
Secara umum aktivitas tazkiyatun nafs mengarah pada dua kecenderungan, yaitu
1. Membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, membuang seluruh penyakit hati.
2. Menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji.
Kedua hal itu harus berjalan seiring, tidak boleh hanya dikerjakan satu bagian kemudian meninggalkan bagian yang lain. Jiwa yang cuma dibersihkan dari sifat tercela saja, tanpa dibarengi dengan menghiasi dengan sifat-sifat kebaikan menjadi kurang lengkap dan tidak sempurna. Sebaliknya, sekedar menghiasi jiwa dengan sifat terpuji tanpa menumpas penyakit-penyakit hati, juga akan sangat ironis. Tidak wajar. Ibaratnya seperti sepasang pengantin, sebelum berhias dengan beragam hiasan, mereka harus mandi terlebih dahulu agar badannya bersih. Sangat buruk andaikata belum mandi (membersihkan kotoran-kotoran di badan) lantas begitu saja dirias. Hasilnya tentu sebuah pemandangan yang mungkin saja indah tetapi bila orang mendekat akan tercium bau tak sedap.
Wasilah Tazkiyatun Nafs
Wasilah (sarana) untuk men-tazkiyah jiwa tidak boleh keluar dari patokan-patokan syar'i yang telah ditetapkan Allah dan rasulNya. Seluruh wasilah tazkiyatun nafs adalah beragam ibadah dan amal-amal shalih yang telah disyariatkan di dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Kita dilarang membuat wasilah-wasilah baru dalam menyucikan jiwa ini yang me-nyimpang dari arahan kedua sumber hukum Islam tersebut. Misalnya seperti yang dilakukan oleh beberapa penganut kejawen, dimana dalam membersihkan jiwa (tazkiyatun nafs) mereka mela-kukan puasa pati geni (puasa terus menerus sehari semalam/wishal) sambil membaca sejumlah mantra. Ada lagi yang mensyariatkan mandi di tengah malam atau berendam di sungai selama beberapa waktu yang ditentukan. Cara-cara bid'ah semacam ini jelas tidak bisa dibenarkan dalam Islam.
Sesungguhnya rangkaian ibadah yang diajarkan Allah dan RasulNya telah memuat asas-asas tazkiyatun nafs dengan sendirinya. Bahkan bisa dikatakan bahwa inti dari ibadah-ibadah seperti shalat, shaum, zakat, haji dan lain-lain itu tidak lain adalah aspek-aspektazkiyah.
Shalat misalnya, bila dikerjakan secara khusyu', ikhlas dan sesuai dengan syariat, niscaya akan menjadi pembersih jiwa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut:
Abu Hurairah radhiyallaahu anhu berkata: Saya telah mendengar Rasulullah n bersabda:"Bagaimanakah pendapat kamu kalau di muka pintu (rumah) salah satu dari kamu ada sebuah sungai, dan ia mandi daripadanya tiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya? Jawab sahabat: Tidak. Sabda Nabi: "Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya dosa-dosa". (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas nampak sekali bahwa misi utama penegakan shalat adalah menyangkut tazkiyatun nafs. Artinya, dengan shalat secara benar (sesuai sunnah), ikhlas dan khusyu', jiwa akan menjadi bersih, yang digambarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam seperti mandi di sungai lima kali. Sebuah perumpamaan atas terhapusnya kotoran-kotoran dosa dari jiwa. Secara demikian, bisa kita bayangkan kalau ibadah shalat ini ditambah dengan shalat-shalat sunnah. Tentu nilai kebersihan jiwa yang diraih lebih banyak lagi.
Demikian pula masalah shaum (puasa). Hakekat puasa yang paling dalam berada pada aspek tazkiyah. Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam:
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum". (HR Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya).
Dalam hadits yang lain disebutkan:
"Adakalanya orang berpuasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga". (HR Ahmad).
Ini menunjukkan betapa soal-soal tazkiyatun nafs benar-benar mewarnai dalam ibadah puasa, sehingga tanpa membuat-buat syariat baru sesungguhnya apa yang datang dari syariat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bila diresapi secara mendalam benar-benar telah mencukupi.
Hal yang sama dijumpai pada ibadah qurban. Esensi utama qurban adalah ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berarti soal pembersihan jiwa dan bukan terbatas pada daging dan darah qurban.
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Daging-daging dan darahnya itu, sekali-kali tidak dapat mencapai derajat (keridhaan) Allah, tetapi keaqwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya".(Al-Hajj: 37).
Kalau diteliti lagi masih banyak sekali ibadah dalam syariat Islam yang muara akhirnya adalah pembersihan jiwa. Dengan mengikuti apa yang diajarkan syariat, niscaya seorang muslim telah mendapatkan tazkiyatun nafs. Contohnya adalah para sahabat Rasulullah n. Mereka adalah generasi yang paling dekat dengan zaman kenabian dan masih bersih pemahaman agamanya, karenanya mereka memiliki jiwa-jiwa yang suci lantaran ber-ittiba' pada sunnah Rasul dan tanpa menciptakan cara-cara bid'ah dalamtazkiyatun nafs. Mereka mendapatkan kesucian jiwa tanpa harus menjadi seorang sufi yang hidup dengan syariat yang aneh-aneh dan njlimet (rumit).
Bagi seorang muslim, ia harus berupaya menggapai masalah tazkiyatun nafs dari serangkaian ibadah yang dikerjakannya. Artinya, ibadah yang dilakukan jangan hanya menjadi gerak-gerak fisik yang kosong dari ruh keimanan dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebaliknya, ibadah apapun yang kita kerjakan hendaknya juga bernuansa pembersihan jiwa. Dengan cara seperti inilah, insya Allah kita bisa mencapai keberuntungan.
Wallahu' a'lam bis shawab. (Abu Abdul Haq).
Maraji': Tazkiyatun nufuus wa Tarbiyatuha Kama Yuqorriruhu 'Ulama'us Salaf(Dr. Ahmad Faried). Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi. Risalah Ramadhan , Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah.

www.alsofwah.or.id

http://tazkiyah-annafs.blogspot.com
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Lima Fakta Adzan


Sholatlah dalam Keadaan Apapun
Karena Adjal Datang Menjemput Kapan Saja
Adzan adalah media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap Maha yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad saw. Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari.

Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan. Indonesia misalnya, sebagai sebuah negara terdiri dari ribuan pulau dan dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

1. Pemersatu Umat Islam
Adzan menemukan momentum sebagai penyeru dengan “kekuatan supranatural” yang sangat dahsyat. Ketika adzan berkumandang, kaum muslimin bergegas meninggalkan seluruh aktivitas duniawi dan bersegera menuju masjid untuk menunaikan salat berjamaah. Dalam konteks demikian, adzan adalah pemersatu umat. Simpul-simpul kesadaran psiko-religius mereka bergetaran, terhubung secara simultan, dan dengan totalitas kesadaran seorang hamba (abdi) mereka bersimpuh, luruh dalam kesyahduan ibadah salat berjamaah.

Di islam itu banyak mahzab. dan disetiap mahzab itu asti beda pula pandangan cara mengerjakan solat / bacaanya . apalagi pemeluk agama islam jumlahnya sangat banyak 1/4 dari jumlah populasi didunia.dengan umat yang memiliki bahasa berbeda . Namun tak ada perbedaan dalam mengumandangkan adzan..


2. Sejarah
Pada saat itu, Rasulullah Saw. kebingungan untuk menyampaikan saat waktu shalat tiba kepada seluruh umatnya. Maka dicarilah berbagai cara. Ada yang mengusulkan untuk mengibarkan bendera pas waktu shalat itu tiba, ada yang usul untuk menyalakan api di atas bukit, meniup terompet, dan bahkan membunyikan lonceng. Tetapi semuanya dianggap kurang pas dan kurang cocok.

Adalah Abdullah bin Zaid yang bermimpi bertemu dengan seseorang yang memberitahunya untuk mengumandangkan adzan dengan menyerukan lafaz-lafaz adzan yang sudah kita ketahui sekarang. Mimpi itu disampaikan Abdullah bin Zaid kepada Rasulullah Saw. Umar bin Khathab yang sedang berada di rumah mendengar suara itu. Ia langsung keluar sambil menarik jubahnya dan berkata: ”Demi Tuhan Yang mengutusmu dengan Hak, ya Rasulullah, aku benar-benar melihat seperti yang ia lihat (di dalam mimpi). Lalu Rasulullah bersabda: ”Segala puji bagimu.” yang kemudian Rasulullah menyetujuinya untuk menggunakan lafaz-lafaz adzan itu untuk menyerukan panggilan shalat.

adzan PERTAMA kali di kumandangkan Oleh bilal bin raabah.

3.Adzan Di Perstiwa Penting
dzan Digunakan islam untuk memanggil Umat untuk Melaksanakan shalat..
Selain itu adzan juga dikumandangkan disaat-saat Penting..Ketika lahirnya seorang Bayi , ketika Meninggal Dunia , ketika Peristiwa besar .

Peristiwa besar yang dimaksud adalah

* Fathu Makah : Pembebasan Mekkah merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, dimana Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka'bah. Lalu Bilal Mengumandangkan Adzan Diatas Ka'bah .

*perebutan kekuasaan Konstatinopel : Konstantinopel jatuh ke tangan pasukan Ottoman, mengakhiri Kekaisaran Romawi Timur. lalu beberapa perajurit ottoman masuk kedalam Rampasan terbesar Mereka Sofia..lalu mengumandangkan adzan disana sebagai tanda kemenangan mereka.

4.Milyaran bahkan tak terhitung sejak pertama kali Dikumandangkan
Sejak pertama kali sampai saat ini mungkin sudah sekitar 1500 tahunan lebih adzan dikumandangkan.tarola tiap tahun 356 . jadi kira2 gni >> 1500 X 356 = 534000 dan kalikan kembali dengan jumlah umat islam yang terus bertambah tiap tahunya . kita hitung saja . umat islam saat ini sekitar 2 miliyar orang .dengan persentase 2 milayar umat dengan 2 juta muadzin saja.
534.000 x 2.000.000 = 1.068.000.000.000 dikalikan 5 = 5.340.000.000.000

Wooowwww/subhanallah..mungkin malah lebih dari ini menurut saya

5. Tak Pernah Berhenti Berkumandang
Proses itu terus berlangsung dan bergerak ke arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara timur dan barat pulau-pulau di Indonesia adalah satu jam. Oleh karena itu, satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pula sumatra. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. Burma adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh. Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India.


Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, (Dawn) adzan Fajar telah terdengar di Pakistan. Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak.


Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan.


Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. Proses panggilan Adzan sehingga terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam.

Sebelum Adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, adzan Ashar telah dimulai. Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul. Dan tidak lama setelah waktu Maghrib mencapai Sumatera, maka waktu adzan Isya telah dimulai di Sulawesi! Bila Muadzin di Indonesia mengumandangkan adzan Fajar, maka muadzin di Afrika mengumandangkan adzan untuk Isya.
Jika kita mempertimbangkan fenomena ini secara keseluruhan, kita dapat menyimpulkan suatu fakta yang menakjubkan, yaitu tidak ada sedetikpun waktu terlewat di dunia ini tanpa suara adzan dari muadzin di muka Bumi ini. Bahkan saat Anda membaca posting ini sekarang, yakinlah bahwa sedikitnya ada ribuan orang yang sedang mengumandangkan dan mendengarkan adzan.
Adzan itu terus berkumandang di muka Bumi dan langit ini selama-lamanya dan tiada henti-hentinya sedikitpun bersahut-sahutan selama 24 jam dalam sehari selama seminggu penuh, selama sebulan, sepanjang tahun, sampai hari akhir nanti Insya Allah, Subhanallah …


Sumber
http://bayusp.blogspot.com

Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Bercermin: Rasulullah SAW Selalu Tepat Waktu


Suatu ketika Abdullah bin Mas'ud bertanya pada Rasulullah SAW: " Wahai Rasulullah pekerjaan apakah yang paling Allah cintai?", Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau menjawab: "Taat pada orang tua". Ia bertanya: "Lalu apalagi Ya Rasul?", Beliau menjawab: "Jihad di jalan Allah."

Hadis di atas diriwayatkan lebih dari satu imam, sebut saja Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Ahmad, Dârul Quthni dan yang lainnya.

Hadis ini cukup menarik perhatian kita, selain perawinya yang banyak, kandungan hadis di atas pun layak untuk dicermati. Mengapa shalat tepat pada waktunya dapat menempati rating teratas dari sekian banyak pekerjaan yang sangat Allah cintai, ternyata ia dapat "menyisihkan" ketaatan pada orang tua dan jihad di jalan Allah.

Padahal, sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perintah untuk taat pada orang tua adalah perintah yang sangat urgent, terbukti hampir dalam setiap larangan menyekutukan Tuhan (syirik) selalu disandingkan dengan perintah untuk menaati orang tua. Belum lagi dengan Jihad. Ternyata shalat pada waktunya dapat mengungguli sebuah amalan yang balasannya sudah dijanjikan Allah berupa surga dan selalu menjadi idaman seluruh Muslim.

Menurut Prof Dr Musthafa 'Imarah, Dosen Hadis dan Ilmu Hadis Fakultas Ushuludin Univeristas Al-Azhar, Kairo, Rasulullah SAW memang tidak hanya sekali ditanya tentang pekerjaan yang paling dicintai Allah, jawaban Beliau pun variatif disesuaikan dengan orang yang bertanya dan kondisi saat itu. Walau demikian, hadis shalat pada awal waktu adalah hadis terbanyak yang terdapat dalam kitab-kitab hadis dibanding dengan hadis-hadis lain.

Kenyataan ini cukup menarik hingga Ibnu Hajar dalam "Fathul Bari" nya menukil perkataan Ibnu Bazizah bahwa jihad memang didahulukan dibanding pekerjaan fisik yang lain karena ia merupakan pekerjaan yang berat, akan tetapi kesabaran untuk menjaga shalat dan melaksanakannya tepat waktu adalah pekerjaan yang terus dilakukan secara berulang-ulang hingga hanya orang yang benar-benar bertakwalah yang dapat terus menjaganya.

Dr Abdul Fattah Abu Ghuddah menyimpulkan bahwa dalam hadis tersebutlah terdapat kunci kesuksesan Umat Islam, yaitu dengan memanfaatkan waktu. Ia berargumen karena shalat termasuk ibadah yang sudah ditentukan waktunya. Jika seorang Muslim melaksanakannya tepat waktu, dan juga selalu memperhatikan setiap pekerjaan pada waktunya maka hal itu akan membuat semuanya dapat terlaksana dengan baik sebagaimana mestinya karena ia sudah menjadi sebuah kebiasaan dan watak dalam prilaku dan kehidupan soerang Muslim. Dari sinilah terlihat jelas rahasia mengapa syariat mengistimewakan ibadah shalat dibanding seluruh ibadah lain.

Selain shalat sebenarnya syariat pun telah menggambarkan beberapa pekerjaan yang harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Seperti haji, zakat (baik zakat fitr atau zakat mâl), puasa, berkurban, memberi nafkah, hutang, gadai, bertamu, haid, nifas dan lain-lain. Dari sini Islam ingin mengisyaratkan akan pentingnya penentuan waktu dan banyaknya kemaslahatan dan manfaat yang ada didalamnya.

Mudah-mudahan kita selalu dijadikan orang-orang yang selalu menjaga shalat dan menjadi hamba yang on time. Allahu wa Rasuluhu a'lam.

Oleh: Faza Abdu Robbih
Sumber : http://www.republika.co.id
Baca selengkapnya Zona Sulistyowati: 2011

Silaturrahim Yuuk

Pesan Sahabat


ShoutMix chat widget

About Me

Moga tiap langkahku membawa berkah. Ibarat Tanaman, dimanapun saya ditanam, bertumbuh dan berkembanglah.

Followers

Visitor

design by sls_nomy04. Diberdayakan oleh Blogger.