Zona Sulistyowati

Sesungguhnya jiwa saya merasa senang dengan ilmu, dengannya jiwa saya semakin kuat (Ibnu Taimiyah)

Jalan Lurus


''(Ya Allah) Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimarahi dan bukan pula jalan orang yang sesat.'' (Al-Fatihah: 6-7).

Ayat di atas dibaca Muslim dalam setiap rakaat shalat, minimal 17 kali sehari-semalam. Selain bagian dari rukun yang menentukan sahnya shalat, berarti manusia dituntut untuk menempuh jalan lurus. Jalan lurus yang dimaksud, menurut ayat tadi, telah ditempuh orang yang beroleh anugerah nikmat dari Allah SWT. Mereka, sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa 69, adalah para nabi, orang-orang benar, para syuhada, dan orang-orang saleh.

Di antara mereka yang disebutkan di atas tentulah Muhammad SAW. Dia seorang nabi dan seorang yang telah menempuh jalan lurus. ''Katakanlah (hai Muhammad), sesungguhnya aku telah ditunjuki Tuhanku ke jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah Ibrahim itu termasuk musyrik.'' (Al-An'am 161).

Bersamaan dengan penjelasan bahwa Muhammad SAW telah menempuh jalan lurus pada ayat di atas, diperoleh pula penegasan bahwa jalan lurus itu adalah agama yang benar atau agama yang lurus (dienan-qiyaman atau dienul-qayyim). Dalam ayat lain disebut pula dengan jalan Allah (shiratullah) atau agama Allah (dienullah), yakni agama Islam. Pemahaman seperti itu, sesuai dengan maksud kata shiraat yang dipakai dalam bahasa Arab, dengan pengertian jalan yang bersifat psikis. Sedangkan jalan yang berbentuk fisik dalam bahasa Arab disebut dengan syari' atau thariq.

Jadi, jalan lurus artinya jalan hidup yang lurus, yang sesuai dengan segala ketentuan Allah SWT. Jalan lurus seperti itulah yang dapat disebut dengan jalan hidup yang ideal, jalan hidup yang riil, dan jalan hidup yang benar. Menyimpang dari jalan hidup yang menaati Allah SWT berarti bukan jalan lurus lagi, akan tetapi jalan hidup yang berbelok berliku-liku, yang disebut dengan maghdub (jalan yang dimarahi) dan dhallin (jalan sesat). Untuk itu Allah SWT berfirman, ''Dan hendaklah mengabdi kepada-Ku (Allah), inilah jalan yang lurus.'' (Yasin: 61).

Lebih rinci lagi, pengabdian yang dikehendaki dalam menempati jalan lurus itu dapat dilihat dalam Surat Al-An'am ayat 151-152, meliputi: jangan mempersekutukan Allah dengan apa dan siapa pun, berbuat baik kepada ibu-bapak, jangan membunuh anak lantaran takut miskin, jangan mendekati perbuatan keji, jangan membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, jangan dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang baik, betulkan timbangan, adil dalam berkata, dan tepatilah janji.

Pada ayat berikutnya firman Allah SWT, ''Dan inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah. Dan jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), karena nanti kamu terpisah dari jalan Tuhan. Itulah yang diperintahkan kepadamu mudah-mudahan kamu bertakwa (terpelihara dari kejahatan).'' (Al-An'am: 153). Jalan lurus itu sebuah kebutuhan primer manusia. Untuk mendapatkannya hanya melalui petunjuk Allah SWT. Tentunya disertai dengan niat dan tekad serta usaha yang maksimal. Wallahu a'lam.

Sumber : Republika



0 komentar:

Posting Komentar

Silaturrahim Yuuk

Pesan Sahabat


ShoutMix chat widget

About Me

Moga tiap langkahku membawa berkah. Ibarat Tanaman, dimanapun saya ditanam, bertumbuh dan berkembanglah.

Followers

Visitor

design by sls_nomy04. Diberdayakan oleh Blogger.